Minggu, 16 Februari 2014

Cara Menyikapi Anak Yang Gemar Bertanya (1)

Orang tua kadang kewalahan dan pusing mendapat berondongan pertanyaan si kecil yang gemar bertanya.  Adakalanya pertanyaan yang diajukan cukup sederhana, namun sulit untuk menjawabnya, misalkan, “Darimana adik lahir Ma…?”  Kadang orang tua tidak tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan yang diajukan anak tersebut.

Kita sulit menentukan kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan anak.  Kita merasa tabu untuk menjawab yang sebenarnya pada anak usia balita (2 – 5 tahun).  Sulit bagi orang tua melukiskan alat reproduksi atau alat vital perempuan pada anak, sedangkan anak membutuhkan jawaban yang memuaskan dirinya.  Kalau kita menjawab sekenanya, khawatir dapat menyesatkan anak dan jawaban itu menjadi masalah di kemudian hari.  Kadang anak sampai muram dan kesal karena tidak mendapat jawaban yang memuaskan rasa ingin tahunya.

Di sisi lain, kadang orang tua tidak siap untuk menerima berondongan pertanyaan si kecil, misalnya di saat kita lelah sehabis bekerja, atau sedang sibuk mengerjakan sesuatu, sedang menerima tamu, atau sedang ada masalah yang cukup mengganggu pikiran.

Karena ketidaksiapan tersebut dan tidak ingin direpotkan oleh anak, kadang orang tua berlaku kasar pada anak.  Pertanyaan anak malah ditanggapi dengan bentakan atau tidak dipedulikan, sehingga anak terdiam dan menangis.  Anakpun menjadi sangat kecewa.

Pertanyaan anak acapkali sangat merepotkan dan memusingkan kepala, karena dianggap sudah sangat mengganggu orang tua, apalagi pertanyaan berantai tak putus-putus.  Menghadapi hal ini adakalanya orang tua tidak sabar mendengar pertanyaan anak dan malas untuk menjawab, sehingga terangsang untuk mematahkan atau mengalihkan pertanyaan anak. 

Namun apa yang telah kita lakukan tersebut sesungguhnya telah mematikan dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tunas-tunas intelektual anak.  Padahal, kegemaran anak bertanya menunjukkan anak yang kreatif.  Kreativitas berpikir sangat dibutuhkan dalam pengembangan dorongan berprestasi anak.
Sebelum terlambat, kita perlu mencari cara-cara menghadapi anak yang gemar bertanya, agar dapat kita arahkan dengan benar dan bermanfaat dalam proses belajar anak.  Untuk itu, kita perlu mengetahui lebih dalam mengapa anak suka bertanya dan bagaimana cara yang tepat menghadapi pertanyaan-pertanyaan anak, agar bermanfaat bagi anak.

Mengapa Anak Gemar Bertanya ?

Pertanyaan-pertanyaan anak kecil mungkin kita anggap sebagai hal yang sangat merepotkan karena kita kesulitan mencari jawaban yang tepat dan praktis serta dapat dipahami dan dimengerti oleh daya nalar anak.  Namun kita yang merasa terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan anak, sebaiknya mau melihat jauh ke depan.  Pertanyaan-pertanyaan anak ini, jika dikelola, diarahkan dengan benar akan sangat bermanfaat dalam proses belajar anak.

Timbulnya pertanyaan-pertanyaan anak menunjukkan pertumbuhan fungsi nalar anak berkembang sangat baik.  Potensi kecerdasan anak pun kelihatan cukup menonjol.  Dimana kepekaan anak terhadap rangsangan sangat tinggi, sehingga anak selalu tertantang mengeksplorasi rasa ingin tahunya.  Anak selalu mencari informasi pengetahuan / pengertian dari apa saja yang menarik perhatiannya dengan “metoda bertanya”.

Tumbuh-kembangnya metoda bertanya anak ini, sangat tergantung pada sejauh mana kepuasan yang diperoleh anak atas jawaban pertanyaan yang diajukan.  Semakin terbuka nara sumber memberi pencerahan atas rasa ingin tahu anak, maka anak semakin terangsang mengeksplorasi rasa ingin tahunya.  Semakin berlanjut metoda bertanya anak, semakin berkembang fungsi-fungsi nalar anak dan semakin cerdas kemampuan berlogika anak.


Rabu, 12 Februari 2014

Cara Mengatasi Anak Yang Suka Mengambil Barang Orang Lain (10)

Salah satu cara dalam menyikapi anak yang suka mengambil barang orang lain adalah dengan mengajarkan cara menolak ajakan teman yang tidak baik.  Ada beberapa cara dalam menolak ajakan yang tidak baik tersebut, antara lain :

-          Belajar mengatakan “tidak”
-          Berani mengalihkan perhatian teman
-          Menghindar dengan berbagai alasan

Bagaimana mengajarkan anak untuk berani berkata “tidak” sudah dibahas dalam artikel sebelumnya.  Cara lain dalam menolak ajakan yang tidak baik adalah :

Berani Mengalihkan Perhatian Teman

Cara lain menolak keinginan temannya yang tidak baik, dapat dengan cara mengalihkan perhatian temannya.  Misalnya, dengan mengajukan atau mengajak teman-temannya melakukan kegiatan lain yang lebih menarik dan tak beresiko.

Tentu anak-anak akan mempertimbangkan niatnya, jika tiba-tiba ditawari kegiatan yang lebih menantang dan lebih rasional.  Contohnya, anak dapat mengatakan, “Daripada kita mencuri buah mangga milik Haji Juned, lebih baik kita main game aja ke rumahku yuuk…”, atau cobalah cari kegiatan lain yang membuat orang lain segan dan berdecak kagum, seperti melukis, membuat kerajinan tangan, dan lain sebagainya.

Menghindar Dengan Berbagai Alasan.

Jika teman-teman anak tetap memaksakan keinginannya yang tidak baik, anak kita anjurkan mencari alasan untuk menghindarinya.  Misalnya, “Maaf teman, aku tak bisa ikut bersama kalian, aku disuruh Ibu pulang cepat karena ingin menjenguk nenekku yang sedang sakit…”, atau “ Maaf aku gak bisa ikut, tiba-tiba perutku sakit niih….”

Jika anak pandai bermain peran untuk mempengaruhi teman-temannya, tentu anakpun dapat menghindar ajakan teman yang kurang baik. 

Cara terakhir dalam menyikapi anak yang suka mengambil barang orang lain adalah :

Biasakan anak hidup hemat dan pandai mengelola keuangan.

Pola hidup hemat perlu dikembangkan pada anak sejak dini.  Anak diajarkan gemar menabung.  Kita pun tidak boleh langsung memenuhi segala keinginan-keinginan anak.  Jika anak punya keinginan, dia harus memperolehnya dengan membeli.  Caranya, dia harus menabung sisa uang sakunya terlebih dahulu.

Begitu juga, anak harus dibiasakan untuk menentukan pilihan dari banyak keinginan-keinginannya.  Anak harus dapat menentukan prioritas keinginannya.  Misalnya, anak harus dapat mengelola uang Rp. 10.000,- untuk memenuhi keinginannya ketika belanja di super market.  Dengan demikian, anak akan belajar menentukan pilihan berdasarkan uang yang ada.  Cara demikian membuat anak dapat menghargai uang.

Apabila anak sudah terbiasa hidup hemat, gemar menabung dan mampu menentukan prioritas keinginannya, anak pun dapat menghargai uang, bagaimana mempergunakan atau mengelola uang untuk memenuhi keinginannya dan tahu bagaimana cara memenuhi keinginannya tersebut.  Dengan demikian, anak pun dapat menahan keinginannya. 

Kemampuan anak mengendalikan keinginannya dan sikap menghargai uang, maka anak pun dapat menghindarkan diri dari perbuatan yang salah, seperti mengambil barang / uang yang bukan miliknya.


Demikian langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk mengantisipasi dan mengatasi anak yang suka mengambil barang milik orang lain.  Kunci keberhasilan kita dalam memperbaiki penyimpangan perilaku anak ini terletak pada seberapa dekat kedekatan kita dengan anak, kemampuan kita dalam menjalin komunikasi dengan anak dan kepedulian kita untuk mau mendengar dan memperhatikan keinginan-keinginan bawah sadar anak.

Cara Mengatasi Anak Yang Suka Mengambil Barang Orang Lain (9)

Beberapa cara menyikapi anak yang suka mengambil barang orang lain antara lain :

1.       Menahan dan mengontrol sikap emosional kita sendiri.
2.       Berusaha menyentuh kesadaran hati nurani anak.
3.       Membangun kedekatan dengan anak.
4.       Mengajarkan cara menolak ajakan teman yang tidak baik.
5.       Biasakan anak hidup hemat dan pandai mengelola keuangan.

Point 1, 2 dan 3 sudah dibahas pada artikel sebelumnya, kali ini kita akan membahas langkah keempat, yaitu :

Mengajarkan cara menolak ajakan teman yang tidak baik.

Sebagai orang tua kita harus menyadari, anak dalam kelompok bermain (per group) sangat rentan dari pengaruh teman, baik yang positif maupun yang negatif.  Apalagi kalau anak tidak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan dan mengarahkan kelompok, anak mudah terbawa arus pada kemauan dan tekanan kelompok atau temannya. 

Apabila anak menolak tekanan kelompok untuk berbuat sesuatu yang dapat merugikan orang lain maupun diri sendiri, anak merasa tidak nyaman, sungkan, takut dicemooh, takut dikucilkan dan takut dimusuhi.  Anak tidak punya kemampuan dan keberanian untuk mengatakan “tidak” untuk menolak keinginan kelompok atau temannya.

Oleh karena itu, kita harus mengajarkan cara-cara menolak ajakan teman yang tidak baik, tanpa harus menyinggung perasaan teman-temannya.  Kita harus membuat anak berani mengatakan “tidak” dan mengalihkan perhatian temannya pada kegiatan lain yang lebih menarik dan positif.  Apabila temannya tetap memaksakan kehendaknya, anak harus berusaha menghindar dengan berbagai alasan yang logis.

Belajar Mengatakan “tidak”.

Agar anak berani mengatakan “tidak” dengan tegas terhadap ajakan temannya yang kurang baik, anak harus selalu aktif dan berani mengeluarkan pendapatnya dalam kelompok bermainnya.  Anak tidak boleh bersikap pasif dan menerima pendapat atau ajakan temannya tanpa pikir.  Anak yang berani dan aktif mengeluarkan pendapat dalam kelompok, tentu akan dianggap cakap dan berwibawa dimata teman-temannya.

Kita harus menanamkan kepercayaan dan harga diri pada anak, bahwa dirinya dapat membedakan mana perbuatan yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.  Kalau anak merasa yakin perbuatan yang akan diperbuat itu tidak baik, maka anak harus tegas mengatakan “tidak”.


Kemudian anak harus mau menjelaskan pada temannya akibat dari perbuatan tersebut.  Misalnya, kalau temannya mengajak mengambil buah mangga di kebun milik orang lain tanpa seizin pemiliknya, anak harus berani mengatakan “tidak”, karena dia tidak ingin disebut sebagai “pencuri”.

Senin, 10 Februari 2014

Cara Mengatasi Anak Yang Suka Mengambil Barang Orang Lain (6)

Menyikapi anak yang mengambil barang orang lain yang bukan haknya antara lain adalah dengan meminta anak untuk mengembalikan barang  / mainan yang diambilnya dengan menyentuh harga diri anak dan meminta maaf terhadap orang yang telah dirugikannya. Namun belum tentu anak akan melakukan apa yang kita perintahkan tersebut.  Bisa jadi anak akan menolak permintaan kita dengan berbagai macam dalih, atau anak akan diam tidak menanggapinya.

Berikut adalah saran untuk menghadapi situasi tersebut :

Kalau anak menolak permintaan kita, dengarkan dan perhatikan alasan anak.

Tidak mudah bagi anak untuk langsung mengakui dan menerima dengan jujur apa yang diperbuatnya itu dikatakan salah dan telah melanggar ketentuan. Dengan berbagai dalih anak berusaha menampik dan menyangkal perbuatan yang dituduhkan padanya.  Menghadapi situasi anak yang demikian, kita tidak boleh langsung emosi dan menekan anak untuk mengakui perbuatannya.

Kita harus membebaskan anak dari situasi yang menekan dan situasi yang memojokkan serta rasa ketakutan anak atas perbuatannya.  Untuk menyadarkan anak, yang perlu diperhatikan apa yang tersirat dari perbuatan anak tersebut.  Kita pun harus belajar mendengar dan memperhatikan apa yang tersirat, seperti apa yang menjadi keinginan anak yang terhambat, sehingga dirinya terdorong untuk melakukan perbuatan yang salah.

Kita harus menciptakan suasana yang kondusif, agar anak mau berkata jujur.  Kita juga harus menunjukkan respek kita pada anak dengan kesediaan kita untuk mau mendengar dan memperhatikan keluh kesah anak.
Ingat, dengan menyentuh rasa penting anak atau keinginan bawah sadar anak, tentu akan membuat hati anak tergerak dan mau membuka diri serta mau berkata jujur.  Setiap orang itu selalu mempunyai keinginan bawah sadar, yaitu ingin didengar dan ingin diperhatikan, tidak kecuali anak pun demikian.  Misalnya, kita dapat menyatakan, “Sebenarnya apa keperluanmu atau kesulitanmu, sehingga kamu berani mengambil uang Adi, Fajar ? Coba ceritakan pada Mama kesulitanmu itu, agar nanti kita cari jalan keluarnya untuk mengatasi masalahmu itu.”

Kita harus biarkan anak mengeluarkan semua unek-uneknya dari dadanya dan mengakui sendiri apa yang diperbuatnya.  Kita harus dengan sabar mendengarkan apa yang dikatakannya.  Dengan demikian kita akan dapat mengetahui hal-hal yang tersirat dari tutur kata anak dan ekspresi anak, apa yang mendorong dirinya berani melakukan perbuatan yang salah.  Berikutnya, setelah anak selesai bicara, kita dapat menanggapinya dengan mendiskusikan, bagaimana jalan keluar untuk mengatasi ganjalannya.

Selanjutnya, kita dapat menyatakan, “Namun yang utama saat ini, kamu harus mengembalikan uang Adi yang kamu ambil itu, dan segera minta maaf pada Adi ! Ingat, suka mengambil barang yang bukan miliknya, bisa disebut pencuri !.  Mencuri sangat merugikan orang lain, sehingga bisa dikucilkan, dimuusuhi dan bahkan dihukum dalam tahanan.  Nah, sebelum terlambat, kembalikan uang tersebut pada pemiliknya ya…”

Bagaimana jika ternyata uang tersebut sudah dihabiskan anak ?.  Dalam hal ini perlu dibicarakan dengan anak bagaimana cara mengembalikan uang tersebut.  Buat kesepakatan dengan anak, apakah dengan mengurangi jatah uang saku sekolahnya sebagai pengganti uang yang diambilnya, atau cari cara alternatif lainnya.



Minggu, 09 Februari 2014

Cara Mengatasi Anak Yang Suka Mengambil Barang Orang Lain (8)

Beberapa cara menyikapi anak yang suka mengambil barang orang lain antara lain :

1.       Menahan dan mengontrol sikap emosional kita sendiri.
2.       Berusaha menyentuh kesadaran hati nurani anak.
3.       Membangun kedekatan dengan anak.
4.       Mengajarkan cara menolak ajakan teman yang tidak baik.
5.       Biasakan anak hidup hemat dan pandai mengelola keuangan.

Point 1 dan 2 sudah dibahas pada artikel sebelumnya, kali ini kita akan membahas langkah ketiga, yaitu :

Membangun Kedekatan Dengan Anak

Kita harus mau meluangkan waktu untuk bisa lebih dekat dengan anak-anak.  Anak yang dalam taraf pertumbuhan baik perkembangan fisik dan mentalnya, sangat membutuhkan perhatian dari orang tua.  Dalam hal ini orang tua harus turut campur tangan dalam membina perkembangan perilaku anak.

Caranya, tentu kita harus senantiasa membangun komunikasi secara intens dengan anak.  Kita harus bisa menjadi teman diskusi dalam hal apa saja yang berkaitan dengan aktivitas, keinginan dan harapan anak.  Kita harus siap mendengar dan memperhatikan setiap perkataan maupun keluhan anak, baik yang terjadi di rumah maupun di luar rumah, seperti di sekolah dan lingkungan pergaulan anak.

Kita harus peka terhadap gesekan-gesekan emosional yang melanda anak.  Seperti masalah kecemburuan anak terhadap saudaranya, maupun terhadap teman-temannya.  Kita harus membantu anak membebaskan diri dari rasa kecemburuannya.  Kita harus dapat menangkap keinginan anak yang tersirat dari setiap perilaku anak dan mengantisipasinya.

Kalau anak merasa iri dengan saudaranya, kita harus tahu apa yang melatarbelakangi rasa iri hati anak itu.  Kita harus dapat merangkul anak dan membangun pengertian anak, sehingga dirinya tidak merasa iri hati lagi.
Kita juga tidak boleh membiarkan rasa iri hati anak terhadap temannya berkembang dan berlarut-larut.  Kita harus mengajak anak berdialog, mengapa dia harus merasa iri hati.  Iri hati itu ibarat penyakit, tidak boleh dipelihara dan hanya dapat merugikan dirinya saja.

Untuk itu, kita harus membimbing anak menemukan rasa percaya dirinya, bukannya sibuk memikirkan apa yang diperbuat temannya.  Kitapun harus dapat membantu anak untuk menemukan citra dirinya dengan mengembangkan kelebihan-kelebihan yang ada padanya.  Begitu juga, kita dapat membimbing anak bagaimana cara bergaul yang baik dan bagaimana cara menarik simpati orang lain.

Sabtu, 08 Februari 2014

Cara Mengatasi Anak Yang Suka Mengambil Barang Orang Lain (7)

Menyikapi anak yang mengambil barang orang lain yang bukan haknya antara lain adalah dengan meminta anak untuk mengembalikan barang  / mainan yang diambilnya dengan menyentuh harga diri anak dan meminta maaf terhadap orang yang telah dirugikannya. Namun belum tentu anak akan melakukan apa yang kita perintahkan tersebut.  Bisa jadi anak akan menolak permintaan kita dengan berbagai macam dalih, atau anak akan diam tidak menanggapinya.

Berikut adalah saran untuk menghadapi situasi tersebut :

Kalau Anak Tetap Bungkam, Kita Dapat Menawarkan Hadiah.

Ada kalanya anak tetap ngotot tidak mau mengakui dan tidak mau mengembalikan barang / mainan atau uang yang diambilnya (padahal kita telah mengetahui dirinya yang mengambil).  Walaupun sebenarnya kita sudah berusaha menyentuh rasa penting atau keinginan bawah sadar anak.

Nah, menghadapi situasi anak seperti ini, kita dapat mengupayakan untuk merangsang kesadaran hati nurani anak dengan mengiming-imingi hadiah atau barang pengganti yang lebih menarik.  Itupun dengan catatan, jika anak mau mengembalikan barang yang sudah diambilnya dan meminta maaf serta berjanji tidak akan mengulangi perbuatan yang salah tersebut.

Selanjutnya, kita juga dapat mengatakan, jika anak tetap mengulangi perbuatannya yang salah tersebut, maka akan dijatuhkan sanksi, seperti mengurangi atau menghentikan uang saku sekolahnya, atau menyerahkan dirinya pada polisi untuk dibina, dan lain sebagainya.

Memerintah Mengembalikan Barang / Mainan Pada Pemiliknya Dengan Tegas.

Jika rangsangan hadiah tidak juga efektif atau tidak mengubah perilaku anak, kita dapat mempergunakan langkah keempat, dengan cara memerintah secara tegas.  Kita harus menggunakan kekuatan sugesti dalam memerintah anak.


Apa yang kita katakan pada anak, harus segera dilakukan anak.  Ibarat seorang komandan memerintah pasukannya ke medan laga.  Kita harus dapat mempergunakan kata perintah yang lugas, keras dan wajah serius.  Namun bukan menggunakan emosi, amarah dan ancaman yang hanya dapat melemahkan otoritas orang tua.

Kamis, 06 Februari 2014

Cara Mengatasi Anak Yang Suka Mengambil Barang Orang Lain (5)

Salah satu cara untuk mengatasi anak yang suka mengambil barang orang lain adalah dengan membangkitkan kesadaran hati nurani anak.  Berikut ini upaya yang dapat kita lakukan untuk membangkitkan kesadaran hati nurani anak, antara lain :

Mintalah anak untuk mengembalikan barang  / mainan yang diambilnya dengan menyentuh harga diri anak.

Misalnya kita dapat berkata, “Anak mama kan sudah besar, malu ah ngambil barang orang ! kan kasihan dia kehilangan sekali dan sedih… bisa-bisa dia gak mau makan karena sedih, kalau gak makan nanti dia bisa sakit, sayang….!”.  Sambil berkata, kita dapat memberi dukungan emosional pada anak dengan memegang bahu anak dan menatap lembut mata anak.  Kita pun harus jeli memilih kata, sikap dan ekspresi wajah yang dapat menyentuh hati nurani anak dan tidak menyinggung perasaan anak.

Pilihan kata-kata tersebut harus yang dapat menyinggung harga diri atau titik peka anak, seperti masalah kedewasaannya anak, kemampuan anak, status anak, nama dan sebagainya.  Pilihan kata yang jitu, tentunya dapat menyentuh hati anak untuk menilai baik-buruknya apa yang telah dilakukannya.  Pada akhirnya timbullah rasa bersalah dan rasa malu anak.

Dengan munculnya rasa bersalah dan rasa malu anak, berarti anak telah menyadari, bahwa perbuatan yang telah dilakukan itu ternyata tidak boleh, dapat merugikan orang lain dan dapat dihukum.

Kemudian kita dapat memberi dukungan anak untuk belajar bertanggung jawab terhadap perbuatannya dengan mengembalikan barang / mainan yang telah diambilnya dan meminta maaf.  Kita pun dapat menyatakan keberanian untuk bertanggung jawab dan kesediaan meminta maaf merupakan perbuatan orang yang bijaksana.

Ini perlu kita lakukan untuk menghapus perasaan inferior (rendah diri) anak, sebagai ekses dari rasa bersalah dan rasa malu anak terhadap orang yang telah dirugikannya dan lingkungannya.
Bagaimana pun juga tidak mudah bagi anak untuk langsung mengakui dan menerima dengan jujur apa yang diperbuatnya itu dikatakan salah dan telah melanggar ketentuan.  Ada beberapa kemungkinan reaksi anak menghadapi situasi ini, antara lain :

-          Anak menolak permintaan kita untuk mengembalikan barang yang telah diambilnya dan meminta maaf terhadap orang yang telah dirugikannya, dengan mengeluarkan berbagai macam alasan.
-          Anak tetap bungkam.


Menghadapi situasi seperti ini kita harus tetap tenang dan tidak boleh emosi.  Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghadapi situasi tersebut.  Hal ini akan dibahas lebih detil pada artikel selanjutnya.

Cara Mengatasi Anak Yang Suka Mengambil Barang Orang Lain (4)

Bagaimana Cara Mengatasi Anak Yang Suka Mengambil Barang Milik Orang Lain ?

Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan dalam menyikapi anak yang suka mengambil barang orang lain, antara lain :

1.       Menahan dan mengontrol sikap emosional kita sendiri.
2.       Berusaha menyentuh kesadaran hati nurani anak.
3.       Membangun kedekatan dengan anak.
4.       Mengajarkan cara menolak ajakan teman yang tidak baik.
5.       Biasakan anak hidup hemat dan pandai mengelola keuangan.

1.       Menahan Dan Mengontrol Sikap Emosional Kita Sendiri.

Ingat, tujuan utama kita sebagai orang tua adalah membina dan mendidik perilaku anak, agar sesuai dengan keinginan atau harapan kita dan dapat memenuhi standar hubungan sosial.  Tidak ada gunanya sikap keras dan galak menyikapi  perilaku salah anak, seperti langsung menunjukkan ekspresi marah dan memberi hukuman badan pada anak.

Hukuman badan yang dijatuhkan orang tua, bisa disalah-tafsirkan dan tidak mendidik anak.  Sebab, anak jarang mengaitkan hukuman dengan perbuatan yang menyebabkan dirinya dihukum.  Anak lebih merasakan pelampiasan amarah dan rasa tak senang orang tua yang lebih dominan dibandingkan perbuatannya yang dihukum, sehingga rasa sakit anak cenderung lebih dihubungkan dengan orang tua yang menghukum daripada perbuatan yang dilarang (dihukum).

Akibat sikap keras dan galak yang penuh diisi dengan larutan emosional tersebut, tidak membuat anak menjadi mengerti bahwa perbuatannya itu yang dilarang.  Atau anak belum cukup matang untuk melihat hubungan antara hukuman dengan perilaku salah yang dihukum.  Melainkan, yang muncul adalah rasa permusuhan, sakit hati dan sikap tidak baik lainnya pada anak.

Sikap keras dan galak orang tua tersebut pada anak hanya dapat menghentikan perilaku salah anak untuk sementara waktu saja.  Hukuman tersebut malah mendorong munculnya sikap licik anak, kemahiran berbohong, dan anak selalu mencari cara untuk mengecoh atau mengelabui orang tua saja.

2.       Berusaha Menyentuh Kesadaran Hati Nurani Anak.

Tentunya kita mengetahui hati nurani itu adalah sebagai kendali internal atas perilaku individu atau kemampuan seseorang untuk mengetahui dan membedakan apa yang benar dan yang salah.  Memang, membentuk nilai standar tingkah laku internal terlalu sulit dan berat bagi anak kecil.  Oleh karena itu, perilaku anak kecil harus dikendalikan oleh batas-batas yang ditentukan oleh lingkungan sosialnya (orang tua), mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak.

Namun semakin bertambah usia anak terjadi pergeseran pengendalian secara bertahap dari kendali lingkungan (orang tua) ke kendali internal anak sesuai dengan perkembangan daya nalar (tahu anak).
Disaat  kita mengetahui anak melakukan perbuatan yang melanggar aturan, maka kita sebagai pengendali perilaku anak, wajib untuk membina dan mengarahkannya dengan baik.  Dengan perkataan lain, kita harus menyadarkan hati nurani anak, bukan untuk menyakiti perasaan atau memojokkan anak.


Hal perlu diperhatikan juga adalah usia anak, tingkat kematangan bernalar dan tipe anak.  Apa yang harus kita lakukan itu disesuaikan dengan daya penerimaan dan karakter anak.

Rabu, 05 Februari 2014

Cara Mengatasi Anak Yang Suka Mengambil Barang Orang Lain (3)

Mengapa Anak Suka Mengambil Barang Milik Orang Lain ?

Sebelumnya telah dibahas beberapa faktor penyebab anak suka mengambil barang milik orang lain, antara lain : anak belum paham mengambil barang orang lain merupakan tindakan terlarang ; adanya tekanan dari teman sebaya atau disuruh orang lain ; dan hidup boros.  Selain ketiga faktor tersebut, faktor penyebab lainnya adalah :

Keinginan Memiliki Sesuatu Di Luar Jangkauan Kemampuannya.

Anak-anak mudah tergoda untuk memiliki barang (mainan) yang menarik hatinya, namun disisi lain anak tak mampu membelinya, sehingga mendorong keberanian anak untuk mengambil atau menguasai barang milik orang lain yang dilihatnya.  Anak tidak memikirkan akibat dari perbuatannya tersebut karena anak lebih dikuasai oleh sikap dan perasaan emosional.

Rasa Iri Hati Anak.

Anak berani mengambil barang orang lain yang bukan haknya, bisa jadi didorong oleh rasa iri hati anak.  Anak yang dilanda rasa iri hati dapat berbuat apa saja secara emosional, tanpa pertimbangan perbuatan itu baik atau tidak.  Anak lebih dikuasai oleh sikap emosional dan perasaan negatif.

Perasaan negatif, seperti perasaan jengkel, marah, benci dan dendam.  Perasaan negatif anak terhadap orang lain tersebut dapat menimbulkan pikiran-pikiran negatif juga atau dendam, sehingga dapat mendorong anak melakukan hal-hal yang tidak baik dengan maksud membuat orang lain menderita, kehilangan dan kesal.

Kalau iri hati anak itu berkembang di lingkungan keluarga, seperti iri terhadap saudara atau kesal terhadap orang tua yang dianggapnya pilih kasih dan tidak adil.  Rasa iri hati nak ini membuat dirinya kesal dan ingin membalas menyakiti saudara atau orang tua dengan cara mengambil barang atau sesuatu yang bernilai bagi saudaranya atau orang tuanya, sebagai pelampiasan rasa jengkel atau dendam.

Rasa iri hati anak ini bisa juga berkembang di lingkungan pergaulan atau sekolahnya.  Munculnya rasa iri hati ini bisa disebabkan oleh persaingan yang kurang sehat antar teman, hubungan yang kurang harmonis dengan teman dan adanya perasaan sakit hati karena peristiwa tertentu yang dianggap telah merugikan anak.
Rasa iri hati anak ini dapat berkembang menjadi kemarahan dan kebencian anak, sehingga mendorong perilaku emosional anak untuk mencelakai atau membuat temannya menderita kehilangan dengan cara mengambil barang miliknya dan menguasainya atau membuangnya, sebagai pelampiasan rasa jengkel dan dendam.

Anak Kurang Mendapat Perhatian Dari Orang Tuanya.

Anak mempunyai keberanian mengambil barang orang lain karena kesal kurang diperhatikan oleh orang tuanya.  Anak selalu merasa tertekan.  Sang ayah terlalu sibuk, kurang memberi perhatian atau mendengar keluh kesah anak, bahkan kalau bicarapun hanya hal-hal yang penting saja, itupun tanpa mau memandang atau melihat pada anak.

Sementara sang Ibu selalu meributkan atau mengomel mengenai pakaian kotor dan masih banyak masalah pekerjaan rumah yang harus dilakukannya.  Dimata Ibu, anak selalu salah, Ibupun tak mau mendengar apa yang dikatakan anak, Ibu hanya memaksakan kehendaknya saja yang harus dituruti atau dipatuhi.


Dengan situasi seperti ini, entah dari mana anak termotivasi untuk melakukan perbuatan negatif mengambil barang orang lain, sebagai pelampiasan kejengkelannya kepada orang tua yang dianggapnya terlalu egois.  Anak melakukan perbuatan salah tersebut sebagai ungkapan sikap protes dan ingin mencari perhatian orang tua, sejauh mana orang tua mau peduli padanya. 

Cara Mengatasi Anak Yang Suka Mengambil Barang Orang Lain (2)

Mengapa Anak Suka Mengambil Barang Milik Orang Lain ?

Jika ditelusuri, mengapa anak suka mengambil barang milik orang lain, ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, yaitu :

Anak Belum Paham Mengambil Barang Orang Lain Merupakan Tindakan Terlarang.

Perbuatan ini biasa terjadi pada anak usia balita (2-5 tahun), dimana anak belum mengerti, bahwa mengambil barang orang lain merupakan perbuatan yang salah dan tidak boleh dilakukan.  Anak

Selasa, 04 Februari 2014

Cara Mengatasi Anak Yang Suka Mengambil Barang Orang Lain (1

Sebagai orang tua, tentu kita akan terkejut, marah dan malu, jika mendengar atau mengetahui anak kita suka mengambil barang milik orang lain.  Apalagi anak sempat dicap orang lain atau temannya sebagai pencuri.  Tentunya kitapun tidak menginginkan anak tumbuh mempunyai kebiasaan mengambil barang yang bukan miliknya, bukan ?.

Acapkali perasaan sebagai orang tua kesal, marah dan malu bercampur aduk, jika melihat perilaku anak yang tidak wajar atau tidak semestinya tersebut.  Kitapun terdorong menjadi emosional dalam menyikapi perilaku anak yang menyimpang ini dengan cara keras, seperti membentak, memarahinya, menjewer atau memukul menjadi alternatif untuk mengatasi penyimpangan perilaku anak tersebut.

Bahkan, orang tua acapkali tidak dapat mengendalikan atau mengontrol emosi, sehingga memojokkan anak dengan kata-kata kasar dan tindakan kasar, seperti mencaci maki dan memberi hukuman badan.  Kita berharap sikap keras dan galak dapat mengubah perilaku anak, sesuai dengan yang kita harapkan.  Namun tidak jarang kita merasa tak habis pikir karena tindakan kita tersebut, justru menimbulkan sikap permusuhan dan sikap tidak baik lainnya yang muncul pada anak.  Seperti anak mulai berani melawan, anak semakin mahir berbohong untuk menutupi perilakunya yang sebenarnya, dan sebagainya.

Padahal kita harus menyadari, terlalu cepat memberikan hukuman, terutama hukuman badan yang mencederai fisik dan perasaan anak tidak efektif mengubah perilaku anak yang sedang berkembang tersebut.  Bentuk-bentuk hukuman badan tersebut dapat disalahtafsirkan oleh anak.  Anak bisa memandang berat  hukuman tersebut tidak sesuai dengan bobot kesalahannya.

Anak menganggap berat hukuman tersebut lebih ditentukan oleh pelampiasan emosi rasa marah dan rasa jengkel orang tua semata, sebagai hukuman.  Anak akan menafsirkan pemberian hukuman tersebut, sebagai “tindakan kejahatan yang tidak adil” yang melukai hati anak, sehingga dirinya merasa terhina dan menimbulkan rasa permusuhan anak.

Sebelum perilaku anak berkembang menyimpang lebih parah lagi, maka kita harus memperhitungkan dan mencari cara-cara yang tepat dan efektif untuk mengantisipasi kebiasaan anak suka mengambil barang orang lain ini.   Jangan sampai kita salah dalam memperlakukan anak dan tindakan kita tersebut menjadi bumerang dan penyesalan di kemudian hari.

Untuk mengantisipasi penyimpangan perilaku anak ini, terlebih dahulu kita harus mencari tahu faktor pencetus tindakan anak tersebut.  Setelah kita memahami betul akar permasalahan yang melatarbelakangi anak melakukan tindakan mengambil barang yang bukan miliknya tersebut, kitapun dapat menentukan sikap dan tindakan yang efektif dan konstruktif memperbaiki perilaku anak.


Tindakan kita tersebut dapat diterima dan membuka kesadaran anak, bahwa perbuatannya tersebut ternyata salah dan tidak dibenarkan.  Anakpun menjadi “jera” dan tidak ingin mengambil barang yang bukan miliknya lagi.

Cara Mengatasi Anak Yang Bandel dan Tidak Bisa Diam (5)

Bagaimana Cara Mengatasi Anak Yang Bandel dan Tidak Bisa Diam ?

Dalam artikel sebelumnya telah dibahas mengenai pelatihan-pelatihan yang dapat kita berikan untuk mengatasi anak yang bandel, tidak bisa diam dan susah diatur  ini, antara lain menggiring / menarik perhatian anak secara terarah ; menggiring / menarik perhatian anak secara terarah ; anak dilatih belajar mengamati (mempertajan pengamatan).  Pelatihan lainnya adalah :

Melatih kecerdasan kinestetik jasmani anak.

Anak yang bandel, tidak bisa diam dan susah diatur ini memiliki energi fisik yang luar biasa.  Anak sangat aktif bergerak mengikuti impuls-impuls emosinya.  Untuk dapat mengarahkan dan menyalurkan energi yang berlebih tersebut, anak membutuhkan latihan dengan menitikberatkan pada penetralisiran atau penyaluran energy yang luar biasa tersebut pada kegiatan yang konstruktif, seperti melatih kecerdasan kinistetik jasmani anak.

Kecerdasan kinestetik jasmani ini adalah gabungan kemampuan berpikir dan ketangkasan atau kepiawaian dalam melakukan suatu gerak seluruh anggota tubuh.  Untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik anak diperlukan kegiatan belajar yang bersifat kinestetik, dinamik dan berkesinambungan.  Kita dapat memotivasi anak sesuai dengan minatnya, seperti bermain seni peran, improvisasi dramatis, gerak kreatif dan semua jenis kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik (olahraga).

Kita dapat mengajak anak ke lapangan bermain,  palangan rintangan, kolam renang dan ruang olahraga. Begitu juga, kita dapat memberi kesempatan pada nak untuk membuat model berbagai mainan, terlibat dalam kegiatan seni kerajinan tangan, misal mengukir kayu, menggambar / melukis atau membentuk tanah liat.

Kitapun dapat mengajak anak mengunjungi kegiatan atau pertandingan olahraga.  Begitu juga tak kalah pentingnya, anak dapat diajak berkemah dan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan diluar, seperti menjelajah alam.  Kegiatan-kegiatan ini dapat menyalurkan aktifita fisik anak dan rekalsasi anak.

Melatih kecerdasan kinestetik jasmani ini juga bermanfaat bagi anak untuk lebih mampu mengendalikan emosinya, membatu cara untuk mengarahkan dan memfokuskan perhatian serta meningkatkan kemampuan untuk berkonsentrasi dalam melakukan berbagai kegiatan.

Di samping itu, kita perlu menelusuri kemungkinan pengaruh keracunan makanan yang menyebabkan atau sebagai faktor pencetus perilaku hiperaktif pada anak ini.  Jika dari hasil pengamatan kita ditemukan adanya indikasi pengaruh dari makanan yang dimakan oleh anak terhadap pola perilaku agresif (hiperaktif) tersebut, kita perlu menghindarkan anak mengkonsumsi makanan yang menjadi faktif pencetus tersebut.


Demikian cara yang dapat dipergunakan untuk mengatasi anak yang bandel, tidak bisa diam dan susah diatur.  Kunci keberhasilan kita dalam menghadapi penyimpangan perilaku anak tersebut terletak pada kesabaran dan kesediaan kita membantu memberikan pelatihan-pelatihan yang efektif pada anak.  Keberhasilan anak dalam mengatasi berbagai hambatannya dalam mengontrol emosi dan membina perilaku yang baik adalah suatu kemenangan dan kebahagiaan kita.

Senin, 03 Februari 2014

Cara Mengatasi Anak Yang Bandel dan Tidak Bisa Diam (4)

Bagaimana Cara Mengatasi Anak Yang Bandel dan Tidak Bisa Diam ?

Menyikapi anak yang bandel, tidak bisa diam dan susah diatur dengan sikap keras dan galak tidak akan membantu menyelesaikan akar permasalahan yang dihadapi anak, melainkan perlu pendekatan khusus.

Untuk mengatasi gangguan neurobiologis atau gangguan emosi ini dibutuhkan kesabaran dan upaya melakukan pemberian pelatihan pengembangan dan pengendalian emosi anak secara intensif.  Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk menarik minat dan perhatian anak, agar dirinya terbiasa dapat mengendalikan perhatiannya pada satu aspek pengalaman secara intensif dan mengendalikan atau pengarahan energi emosional anak yang berlebihan pada satu aspek pengalaman yang konstruktif.

Begitu pula, pelatihan ini diharapkan untuk dapat meningkatkan kematangan emosi anak sebagai dasar pembentukan perilakunya dalam merefleksikan (merespon) rangsangan yang ada dihadapannya atau bagaimana dirinya mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan dimana ia berada.

Pelatihan-pelatihan yang dapat kita berikan untuk mengatasi anak yang bandel, tidak bisa diam dan susah diatur ini, sebagai berikut :

Menggiring / Menarik Perhatian Anak Secara Terarah.

Kita dapat mengajak anak untuk selalu melakukan kegiatan atau bermain bersama yang disesuaikan dengan keinginan anak.  Kegiatan atau permainan itu, tentunya sesuai dengan taraf usianya.  Kegiatan yang kita siapkan tersebut harus benar-benar kegiatan yang dapat menarik perhatian dan minat anak.  Begitu juga, kegiatan yang dipilih tersebut adalah kegiatan yang bisa menyalurkan energi emosional anak yang selalu berlebihan itu.

Melatih Respon Terarah Atau Memberi Tanggapan.

Anak perlu dilatih bagaimana dirinya harus memberi respon atau tanggapan terhadap rangsangan yang diberikan padanya, misalnya :

-          Anak diminta untuk menangkap bola.
-          Anak diminta meletakkan sesuatu pada tempatnya.
-          Anak diminta menendang bola.
-          Anak diminta untuk mewarnai sesuai dengan contoh.
-          Anak diminta untuk meneruskan atau melempar bola yang disodorkan padanya.

Anak Dilatih Belajar Mengamati (Mempertajan Pengamatan).

Untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi, membangun pemusatan perhatian dan meningkatkan kemampuan konsentrasi anak dalam kegiatan yang konstruktif, maka kita dapat melatih anak belajar mengamati.  Untuk itu kita perlu menciptakan kondisi yang merangsang anak untuk mau belajar mengamati.  Untuk dapat menciptakan kondisi yang merangsang aktivitas pengamatan anak, kita harus aktif ikut terlibat dalam kegiatan atau permainan bersama anak.

Modal dasar aktivitas pengamatan adalah fungsi-fungsi alat panca indera, yaitu penglihatan, pendengaran, rabaan, pembauan (penciuman) dan pengecapan.  Kita dapat mengarahkan alat indera anak tersebut untuk mengamati, mempertajam perhatian dan tindakan dengan menggiring anak untuk memfokuskan perhatian pada satu sisi kegiatan atau permainan.

Begitu juga, kita dapat merangsang daya pikir (konsentrasi anak) dengan selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang daya tarik dan daya nalar anak, seperti :

-          Meminta anak untuk menendang bola gawang atau tertuju pada kiper.
-          Meminta anak membuat gerakan melompat-lompat diantara susunan ban-ban atau lingkaran
-          Meminta anak menghitung benda tertentu dari sekelompok benda-benda yang berbeda.
-          Meminta anak mencicipi rasa beberapa makanan dan tanyakan rasa masing-masing makanan tersebut
-          Bagaimana menyusun balok-balok ini, agar menjadi bentuk rumah, Aldi ?
-          Ada berapa burung di pohon itu, Bimo ?
Dan lain sebagainya.
-         

Cara Mengatasi Anak Yang Bandel dan Tidak Bisa Diam (3)

Apabila ditelaah lebih lanjut, ternyata anak menjadi bandel dan tidak bisa diam disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

1.       Faktor Lingkungan

Disamping anak mengalami kesulitan atau hambatan untuk memusatkan atau mengintensifkan perhatian karena adanya gangguan neurobiologisnya, juga faktor lingkungan berperan besar dalam memberi banyak rangsangan emosional anak.  Perhatian anak menjadi terpencar terhadap segenap aspek rangsangan yang muncul dari lingkungan anak berada.

Banyak aspek yang menggoda dan menarik perhatian anak, sehingga dirinya terangsang menjelajah ke segenap aspek yang merangsang perhatiannya, sehingga perhatian anak itu sangat sulit bertahan pada satu aspek perhatian dan dirinya begitu mudah beralih-alih perhatian.

Rangsangan yang beraneka macam itu mempengaruhi sensitivitas emosi anak.  Sensitivitas emosi ini menimbulkan kegoncangan emosi dan meningkatkan aktivitas andrenalin anak, sehingga menghasilkan dorongan energi fisik yang luar biasa pada anak.  Hal ini yang menyebabkan anak tidak bisa diam dan terangsang untuk selalu bergerak mengikuti objek perhatian yang berubah-ubah.  Perhatian yang terpencar inilah yang mempengaruhi emosi anak untuk menjelajah ke segenap aspek perhatian anak tanpa mengenal rasa lelah.

2.       Keracunan Makanan.

Keracunan makanan ini dapat terjadi, terutama bagi anak penderita autis, sehingga salah makan tersebut dapat menyebabkan dirinya seperti tidak sadar dan tidak bisa diam (hiperaktif).  Makanan yang mempunyai dampak buruk pada anak autis tersebut,  yaitu makanan yang mengandung protein susu sapi (kasein) dan protein tepung terigu (gluten).

Kedua unsur ini tidak dapat dicerna sistem pencernaan mereka.  Akibatnya terjadi proses akumulasi aploid atau substansi sejenis morfin yang dikenal sebagai dermophin di dalam tubuh.  Akumulasi substansi ini menyebabkan anak menjadi seperti tidak sadar dan suka mengamuk atau hiperaktif.

Kemungkinan-kemungkinan terburuk, jika anak bandel, tidak bisa diam dan susah diatur ini dibiarkan begitu saja, antara lain :

-          Anak sulit dikendalikan.
-          Anak suka berlaku agresif, memberontak dan menentang keinginan orang lain.
-          Anak mau menang sendiri (berbuat sekehendak hati).
-          Anak sulit beradaptasi dengan lingkungan dimana ia berada.
-          Anak tidak bisa tenang.
-          Anak sulit memusatkan perhatian dan konsentrasi.
-          Anak sulit berpikir logis.
-          Kepribadian anak yang tidak matang (tidak dewasa dalam berpikir). 
            Prestasi belajar anak rendah.

Cara Mengatasi Anak Yang Bandel dan Tidak Bisa Diam (2)

Mengapa Anak Menjadi Bandel dan Tidak Bisa Diam ?

Anak menjadi bandel dan tidak bisa diam, ini menunjukkan adanya gejala gangguan pada emosi dan perilaku anak.  Gejala ini terjadi terutama pada anak usia balita (2-5 tahun).  Kalau kita amati, anak terus bergerak dan tidak bisa diam mengikuti perhatiannya pada banyak keinginan-keinginannya. Keinginan-keinginan anak itu muncul dari dorongan emosional anak atas apresiasi rangsangan dari lingkungan dimana anak berada.

Anak menjadi bandel dan tidak bisa diam, ini menggambarkan bagaimana anak bereaksi terhadap lingkungan dimana anak berada.  Reaksi atau perilaku anak itu dipengaruhi oleh sikap emosi anak dalam merespon rangsangan dari lingkungannya, sedangkan yang mendorong ledakan-ledakan emosi dari dalam diri anak itu sendiri adalah perkembangan neurobiologis anak yang terganggu.

Sebagaimana diketahui, kelenjar endocrine, andrenalin dan suprarenal gland sangat mempengaruhi kegiatan emosi anak (seseorang).  Oleh sebab itu, perbedaan yang terdapat dalam kelenjar tersebut, tentu mempengaruhi perkembangan emosi anak (seseorang).  Disamping itu perubahan psikologi atau aktivitas kelenjar-kelenjar tersebut juga sangat dipengaruhi oleh rangsangan atau pengalaman-pengalaman emosional anak dari lingkungan dimana ia berada.

Dengan demikian, disamping perkembangan fisik dan mentalnya yang menentukan kematangan emosi anak, juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial yang memberi latihan atau pengalaman-pengalaman bathin pada anak. Interaksi secara fisik dan mental dari sifat anak dengan pengaruh lingkungannya mempunyai peranan yang cukup berarti dalam perkembangan tingkah laku emosi dan sikap anak.

Dengan kata lain, kematangan emosi anak sangat dibutuhkan sebagai dasar atau pendorong tingkah laku atau perilaku anak yang berkualitas.  Terganggunya emosi anak, berpengaruh terhadap perilaku anak.  Anak yang emosinya stabil akan lebih mudah berkonsentrasi dan berpikir logis, mampu memotivasi dirinya untuk tetap fokus pada aktivitas yang membangun dan mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan dimana ia berada.

Pada anak yang bandel dan tidak bisa diam ini,sensitivitas emosi anak sangatlah tinggi, sehingga anak mudah terpengaruh oleh beberapa rangsangan yang muncul dihadapannya.  Sensitivitas emosi anak ini membuat anak sulit untuk memfokuskan atau memprioritaskan perhatiannya pada satu fokus, sehingga anak begitu mudah beralih-alih perhatian.


Kita perlu sadari dan pahami, faktor-faktor penyebab atau pencetus mengapa anak menjadi bandel dan tidak bisa diam ini.

Minggu, 02 Februari 2014

Cara Mengatasi Anak Yang Bandel dan Tidak Bisa Diam (1)

Sebagai orang tua, tentu kita sangat kewalahan menghadapi anak yang sangat bandel dan tidak bisa diam, bahkan sangat susah diatur.  Jika ditinggal sebentar saja, anak sudah membuat berantakan seisi rumah.  Kadangkala dada kitapun dibuat berdebar-debar kencang, saat anak bermain-main dengan barang-barang yang mudah pecah dan membahayakan dirinya, seperti bermain gelas, piring dan botol yang terbuat dari kaca.  Bahkan kadangkala anak suka berlompat-lompatan di atas kursi, tempat tidur dan berlari-larian.

Hal yang membuat kita jengkel, dikala teriakan dan omelan, bahkan cubitan orang tua tidak lagi dihiraukan anak.  Anak terus asyik bermain-main, seperti tak mengenal rasa takut dan rasa lelah.  Kita sendiri yang dibuat capek dan ketakutan terus mengawasi anak.  Kita merasa lega dan tenang, disaat anak sedang tidur saja.

Perilaku anak yang bandel dan tidak bisa diam ini oleh sebagian orang tua ada yang menganggapnya sebagai hal yang wajar atau lumrah dilakukan anak-anak, bahkan mereka menganggap remeh hal tersebut.  Sebab mereka menganggap masalah itu hal biasa terjadi pada masa kanak-kanak dan akan menghilang seiring dengan perkembangan usia anak.

Padahal, tidak jarang perilaku anak tersebut, sebenarnya mencerminkan atau memberikan gambaran tentang gejala gangguan emosi dan perilaku anak yang seharusnya sedini mungkin mendapat perhatian dan penanganan yang serius.

Anak yang bandel dan tidak bisa diam ini, jika kita biarkan dalam jangka panjang, dapat saja menjadi faktor penghambat bagi terbentuknya kepribadian yang matang pada usia dewasa anak kelak.  Begitu juga, anak yang bandel dan tidak bisa diam ini dapat mengalami kesulitan dalam melakukan proses belajarnya.  Hal ini bisa terjadi karena anak akan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian dan konsentrasi belajarnya.  Alhasil, prestasi belajar anakpun daoat menjadi sangat rendah, tentu hal ini tidak kita kehendaki bukan ?.

Untuk menangani anak yang bandel dan tidak bisa diam ini, kita sebaiknya berkonsultasi ke psikiater atau psikolog.  Jika gejala anak bandel dan tidak bisa diam ini masih ringan, orang tua masih dapat mengantisipasi masalah ini sendiri agar tidak berkembang menjadi lebih jauh.


Sebelum membahas cara-cara dalam mengatasi anak yang bandel dan tidak bisa diam ini, sebaiknya kita harus mengetahui terlebih dahulu penyebab mengapa anak menjadi bandel dan tidak bisa diam.  Artikel selanjutnya akan membahas tentang masalah tersebut.

Sabtu, 01 Februari 2014

Cara Mengatasi Anak Yang Merasa Kesepian Atau Terkucil (5)

Hal-hal penting yang perlu diingat, sebagai cara memberikan perhatian terhadap orang lain atau temannya, antara lain :

1.       Memperhatikan dan bertanya apa yang sedang dikerjakan, dipikirkan atau diinginkan teman atau orang lain yang sedang dihadapinya.

Jika berhadapan dengan guru, dapat menanyakan sesuatu yang tidak diketahui atau tidak dimengerti secara aktif terhadap apa yang dibicarakan.  Tentunya ketertarikan itu harus ditunjukkan dengan tulus, bukan basa-basi atau main-main saja.  Jika perlu jangan segan-segan untuk memberi pujian.

2.       Mendengarkan dengan cermat apa yang dikatakan lawan bicara.

Jangan sekali-kali memberi kritikan atau mencela perkataan atau perbuatan teman kalau tidak dimintanya atau karena terpaksa.  Hal ini disebabkan sikap reaktif cenderung menimbulkan ketidakenakan atau ketidak senangan lawan bicara.

3.       Kesiapan Memberi Bantuan.

Sikap ringan tangan dan siap membantu teman / orang lain dalam hal apa menumbuhkan empati orang lain (tentunya bukan dalam hal perbuatan negatif).

4.       Berpikir Menurut Jalan Pikiran Teman Atau Lawan Bicara.

Untuk menyenangkan dan mendapatkan perhatian teman atau lawan bicara, anak harus dapat berbicara pada hal-hal yang paling menarik bagi lawan bicaranya atau apa-apa yang diinginkannya.  Anak jangan sekali-kali menyombongkan tentang kehebatannya dan egonya kepada lawan bicaranya.  Jika hal ini dilakukan, anak akan ditinggalkan temannya karena cerita anak itu hanya akan membuat lawan bicaranya atau temannya merasa bosan dan dirinya tidak dianggap penting lagi atau merasa diremehkan.

5.       Memiliki Selera Humor.

Kemampuan dalam mengembangkan cerita-cerita lucu dan jenaka sangat berguna dalam pergaulan.  Pada dasarnya seseorang sangat tertarik dan membutuhkan hal-hal yang menyenangkan dan menyegarkan pikiran.  Oleh karena itu, hendaknya anak dilatih untuk dapat mengembangkan selera humornya, agar memudahkan dirinya menjalin hubungan di tengah-tengah lingkungan sosialnya.

6.       Jangan Mudah Terpengaruh Suara-Suara Sumbang.

Dalam lingkungan pergaulan sudah biasa yang namanya suara suara miring, seperti cemoohan, ejekan, dan olok-olokan atas sikap, penampilan, latar belakang etnis ataupun kekurangan diri.  Jika hal hal tersebut muncul, anak harus bersikap fleksibel dan tidak boleh terpengaruh.  Anak harus menjaga jangan sampai muncul kepermukaan sikap emosional dan sikap reaktif terhadap cemoohan, ejekan, atau olok-olokan teman-temannya. Anak harus menghadapi semua itu dengan senyum, kesabaran, dan lapang dada.  Bila perlu menghadapi dengan canda pula, jangan dibawa kehati segala bentuk perkataan maupun perbuatan yang tidak mengenakkan hati tersebut.

Untuk menghilangkan suara suara sumbang tersebut, dengan jalan jangan menghiraukan suara-suara sumbang tersebut. Jika membalas reaktif, anak akan kehilangan teman-temannya dan dikucilkan.  Dengan cara mengabaikan, akan membuat bosan teman-temannya itu dan pada akhirnya mereka akan melupakan perbuatan mereka itu serta beralih pada perhatian lain.

Demikian langkah-langkah yang praktis dan efektif untuk mengatasi rasa kesepian atau terkucil anak dengan mengembangkan pengenalan potensi diri, meningkatkan harga diri dan ketrampilan bergaul anak.  Petunjuk-petunjuk tersebut sangat mudah dan praktis untuk diterapkan oleh anak.

Tidak ada alasan lagi bagi orang tua untuk merasa khawatir terhadap pengembangan diri anak dengan adanya petunjuk ini.  Kini hanya tergantung sejauhmana kemampuan orang tua untuk memberikan petunjuk ini pada anak dan kemauan anak untuk mengimplementasikan petunjuk-petunjuk ini.