Menyikapi anak yang
mengambil barang orang lain yang bukan haknya antara lain adalah dengan meminta anak untuk mengembalikan barang / mainan yang diambilnya dengan menyentuh
harga diri anak dan meminta maaf terhadap orang yang telah dirugikannya. Namun
belum tentu anak akan melakukan apa yang kita perintahkan tersebut. Bisa jadi anak akan menolak permintaan kita
dengan berbagai macam dalih, atau anak akan diam tidak menanggapinya.
Berikut adalah saran
untuk menghadapi situasi tersebut :
Kalau anak menolak permintaan kita, dengarkan
dan perhatikan alasan anak.
Tidak mudah bagi anak
untuk langsung mengakui dan menerima dengan jujur apa yang diperbuatnya itu
dikatakan salah dan telah melanggar ketentuan. Dengan berbagai dalih anak
berusaha menampik dan menyangkal perbuatan yang dituduhkan padanya. Menghadapi situasi anak yang demikian, kita
tidak boleh langsung emosi dan menekan anak untuk mengakui perbuatannya.
Kita harus membebaskan
anak dari situasi yang menekan dan situasi yang memojokkan serta rasa ketakutan
anak atas perbuatannya. Untuk
menyadarkan anak, yang perlu diperhatikan apa yang tersirat dari perbuatan anak
tersebut. Kita pun harus belajar
mendengar dan memperhatikan apa yang tersirat, seperti apa yang menjadi
keinginan anak yang terhambat, sehingga dirinya terdorong untuk melakukan
perbuatan yang salah.
Kita harus menciptakan
suasana yang kondusif, agar anak mau berkata jujur. Kita juga harus menunjukkan respek kita pada
anak dengan kesediaan kita untuk mau mendengar dan memperhatikan keluh kesah
anak.
Ingat, dengan
menyentuh rasa penting anak atau keinginan bawah sadar anak, tentu akan membuat
hati anak tergerak dan mau membuka diri serta mau berkata jujur. Setiap orang itu selalu mempunyai keinginan
bawah sadar, yaitu ingin didengar dan
ingin diperhatikan, tidak kecuali
anak pun demikian. Misalnya, kita dapat
menyatakan, “Sebenarnya apa keperluanmu
atau kesulitanmu, sehingga kamu berani mengambil uang Adi, Fajar ? Coba
ceritakan pada Mama kesulitanmu itu, agar nanti kita cari jalan keluarnya untuk
mengatasi masalahmu itu.”
Kita harus biarkan
anak mengeluarkan semua unek-uneknya dari dadanya dan mengakui sendiri apa yang
diperbuatnya. Kita harus dengan sabar
mendengarkan apa yang dikatakannya.
Dengan demikian kita akan dapat mengetahui hal-hal yang tersirat dari
tutur kata anak dan ekspresi anak, apa yang mendorong dirinya berani melakukan
perbuatan yang salah. Berikutnya,
setelah anak selesai bicara, kita dapat menanggapinya dengan mendiskusikan,
bagaimana jalan keluar untuk mengatasi ganjalannya.
Selanjutnya, kita
dapat menyatakan, “Namun yang utama saat
ini, kamu harus mengembalikan uang Adi yang kamu ambil itu, dan segera minta maaf pada Adi ! Ingat, suka mengambil barang yang bukan miliknya, bisa disebut
pencuri !. Mencuri sangat merugikan
orang lain, sehingga bisa dikucilkan, dimuusuhi dan bahkan dihukum dalam
tahanan. Nah, sebelum terlambat,
kembalikan uang tersebut pada pemiliknya ya…”
Bagaimana jika
ternyata uang tersebut sudah dihabiskan anak ?.
Dalam hal ini perlu dibicarakan dengan anak bagaimana cara mengembalikan
uang tersebut. Buat kesepakatan dengan
anak, apakah dengan mengurangi jatah uang saku sekolahnya sebagai pengganti
uang yang diambilnya, atau cari cara alternatif lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar