Sabtu, 08 Februari 2014

Cara Mengatasi Anak Yang Suka Mengambil Barang Orang Lain (7)

Menyikapi anak yang mengambil barang orang lain yang bukan haknya antara lain adalah dengan meminta anak untuk mengembalikan barang  / mainan yang diambilnya dengan menyentuh harga diri anak dan meminta maaf terhadap orang yang telah dirugikannya. Namun belum tentu anak akan melakukan apa yang kita perintahkan tersebut.  Bisa jadi anak akan menolak permintaan kita dengan berbagai macam dalih, atau anak akan diam tidak menanggapinya.

Berikut adalah saran untuk menghadapi situasi tersebut :

Kalau Anak Tetap Bungkam, Kita Dapat Menawarkan Hadiah.

Ada kalanya anak tetap ngotot tidak mau mengakui dan tidak mau mengembalikan barang / mainan atau uang yang diambilnya (padahal kita telah mengetahui dirinya yang mengambil).  Walaupun sebenarnya kita sudah berusaha menyentuh rasa penting atau keinginan bawah sadar anak.

Nah, menghadapi situasi anak seperti ini, kita dapat mengupayakan untuk merangsang kesadaran hati nurani anak dengan mengiming-imingi hadiah atau barang pengganti yang lebih menarik.  Itupun dengan catatan, jika anak mau mengembalikan barang yang sudah diambilnya dan meminta maaf serta berjanji tidak akan mengulangi perbuatan yang salah tersebut.

Selanjutnya, kita juga dapat mengatakan, jika anak tetap mengulangi perbuatannya yang salah tersebut, maka akan dijatuhkan sanksi, seperti mengurangi atau menghentikan uang saku sekolahnya, atau menyerahkan dirinya pada polisi untuk dibina, dan lain sebagainya.

Memerintah Mengembalikan Barang / Mainan Pada Pemiliknya Dengan Tegas.

Jika rangsangan hadiah tidak juga efektif atau tidak mengubah perilaku anak, kita dapat mempergunakan langkah keempat, dengan cara memerintah secara tegas.  Kita harus menggunakan kekuatan sugesti dalam memerintah anak.


Apa yang kita katakan pada anak, harus segera dilakukan anak.  Ibarat seorang komandan memerintah pasukannya ke medan laga.  Kita harus dapat mempergunakan kata perintah yang lugas, keras dan wajah serius.  Namun bukan menggunakan emosi, amarah dan ancaman yang hanya dapat melemahkan otoritas orang tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar