Mengapa Anak Suka Mengambil Barang Milik Orang
Lain ?
Jika ditelusuri,
mengapa anak suka mengambil barang milik orang lain, ada beberapa faktor yang
menjadi penyebabnya, yaitu :
Anak Belum Paham Mengambil Barang Orang Lain
Merupakan Tindakan Terlarang.
Perbuatan ini biasa
terjadi pada anak usia balita (2-5 tahun), dimana anak belum mengerti, bahwa
mengambil barang orang lain merupakan perbuatan yang salah dan tidak boleh
dilakukan. Anak
melakukan itu hanya
mengikuti dorongan naluri semata, ingin memiliki sesuatu yang menarik hatinya,
walau sesungguhnya barang itu milik orang lain.
Anak belum bisa membedakan mana yang menjadi haknya dan mana yang bukan
haknya.Adanya Tekanan Dari Teman Sebaya Atau Disuruh Orang Lain.
Anak berani mengambil
barang orang lain yang bukan haknya, walaupun ia sadar perbuatan tersebut tidak
baik dan terlarang. Hal tersebut dapat
terjadi akibat dari pengaruh buruk orang lain yang memberi sugesti, tekanan,
bahkan ancaman pada anak.
Anak yang diberi
sugesti atau hasutan teman atau orang lain, menelan begitu saja apa yang
dianjurkan kepadanya. Hal yang mendorong
anak melakukan perbuatan mengambil barang orang lain tersebut dengan masud
ingin mendapat status “pengakuan” dan
“penerimaan” dari kelompok
bermainnya.
Bisa jadi anak dirangsang
atau dipanas-panasi, bahwa anak dikatakan hebat kalau sudah berani mengambil
sesuatu milik orang lain. Dikatakan juga
bahwa, pemilik barang tersebut tidak akan marah, kehilangan atau menuntut
karena barang itu nilainya tidak seberapa dan dirinya tidak tahu siapa yang
mengambilnya. Walaupun pemilik barang
mengetahui anak yang mengambilnya ia tidak akan marah.
Intinya, bahaya
kekuatan sugesti dari kelompok bermain benar-benar dapat menggoyahkan dan
mengaburkan keyakinan anak tentang benar-salahnya sesuatu perbuatan. Apabila anak terpengaruh sugesti, maka tidak
terpikirkan olehnya apa akibat dari perbuatan yang melanggar aturan tersebut.
Anak dan
teman-temannya merasa gembira dan bangga karena berhasil mencuri. Keberhasilan itu dianggap suatu hal yang
mengasyikkan bagai sebuah permainan.
Sugesti seperti inilah yang berbahaya, jika ditelan dan diyakini anak
serta dibiarkan berlarut-larut. Sugesti
itu mudah diterima tanpa pertimbangan nalar secara kritis terutama terjadi pada
anak usia 4 – 9 tahun.
Ada kalanya anak
berani mengambil barang orang lain dengan terpaksa karena pengaruh tekanan atau
ancaman yang membuat anak sulit untuk menolaknya atau dalam kondisi ketakutan,
dimana anak dalam posisi atau kondisi lemah.
Anak lebih takut kepada teman atau orang lain yang memberitekanan
tersebut daripada akibat atau sanksi dari pelanggaran yang dilakukannya
tersebut. Hal ini yang mendorong anak
berani melakukan perbuatan pelanggaran tersebut karena tekanan atau ancaman
tersebut lebih nyata dirasakan dihadapan anak, dibandingkan dengan sanksi yang
belum jelas dia terima atau anak beranggapan sanksi tersebut masih bisa dia
hindarkan.
Hidup Boros
Anak yang terbiasa
hidup boros dapat juga terdorong untuk melakukan perbuatan tak lazim, seperti
mengambil barang (uang) milik orang lain.
Kebiasaan hidup boros, tentu membuat anak memiliki keinginan-keinginan
yang berlebihan, apalagi kalau segala keinginan-keinginannya yang besar itu
selalu dipenuhi.
Oleh karenanya bisa
jadi di saat anak tidak memiliki sesuatu untuk, uang misalnya, untuk memenuhi
keinginan-keinginanya yang besar tersebut, hal ini dapat mendorong anak
mempunyai pikiran negatif. Saat anak
tidak mampu mengendalikan seleranya dan kesempatan untuk berbuat negatif
terbuka lebar, desakan keinginan yang begitu besar tersebut membuat anak tanpa
pikir lagi untuk mengambil barang atau uang yang bukan miliknya, untuk
dipergunakan memenuhi keinginannya tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar