Rabu, 05 Februari 2014

Cara Mengatasi Anak Yang Suka Mengambil Barang Orang Lain (2)

Mengapa Anak Suka Mengambil Barang Milik Orang Lain ?

Jika ditelusuri, mengapa anak suka mengambil barang milik orang lain, ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, yaitu :

Anak Belum Paham Mengambil Barang Orang Lain Merupakan Tindakan Terlarang.

Perbuatan ini biasa terjadi pada anak usia balita (2-5 tahun), dimana anak belum mengerti, bahwa mengambil barang orang lain merupakan perbuatan yang salah dan tidak boleh dilakukan.  Anak
melakukan itu hanya mengikuti dorongan naluri semata, ingin memiliki sesuatu yang menarik hatinya, walau sesungguhnya barang itu milik orang lain.  Anak belum bisa membedakan mana yang menjadi haknya dan mana yang bukan haknya.

Adanya Tekanan Dari Teman Sebaya Atau Disuruh Orang Lain.


Anak berani mengambil barang orang lain yang bukan haknya, walaupun ia sadar perbuatan tersebut tidak baik dan terlarang.  Hal tersebut dapat terjadi akibat dari pengaruh buruk orang lain yang memberi sugesti, tekanan, bahkan ancaman pada anak.

Anak yang diberi sugesti atau hasutan teman atau orang lain, menelan begitu saja apa yang dianjurkan kepadanya.  Hal yang mendorong anak melakukan perbuatan mengambil barang orang lain tersebut dengan masud ingin mendapat status “pengakuan” dan “penerimaan” dari kelompok bermainnya.

Bisa jadi anak dirangsang atau dipanas-panasi, bahwa anak dikatakan hebat kalau sudah berani mengambil sesuatu milik orang lain.  Dikatakan juga bahwa, pemilik barang tersebut tidak akan marah, kehilangan atau menuntut karena barang itu nilainya tidak seberapa dan dirinya tidak tahu siapa yang mengambilnya.  Walaupun pemilik barang mengetahui anak yang mengambilnya ia tidak akan marah.

Intinya, bahaya kekuatan sugesti dari kelompok bermain benar-benar dapat menggoyahkan dan mengaburkan keyakinan anak tentang benar-salahnya sesuatu perbuatan.  Apabila anak terpengaruh sugesti, maka tidak terpikirkan olehnya apa akibat dari perbuatan yang melanggar aturan tersebut.

Anak dan teman-temannya merasa gembira dan bangga karena berhasil mencuri.  Keberhasilan itu dianggap suatu hal yang mengasyikkan bagai sebuah permainan.  Sugesti seperti inilah yang berbahaya, jika ditelan dan diyakini anak serta dibiarkan berlarut-larut.  Sugesti itu mudah diterima tanpa pertimbangan nalar secara kritis terutama terjadi pada anak usia 4 – 9 tahun.

Ada kalanya anak berani mengambil barang orang lain dengan terpaksa karena pengaruh tekanan atau ancaman yang membuat anak sulit untuk menolaknya atau dalam kondisi ketakutan, dimana anak dalam posisi atau kondisi lemah.  Anak lebih takut kepada teman atau orang lain yang memberitekanan tersebut daripada akibat atau sanksi dari pelanggaran yang dilakukannya tersebut.  Hal ini yang mendorong anak berani melakukan perbuatan pelanggaran tersebut karena tekanan atau ancaman tersebut lebih nyata dirasakan dihadapan anak, dibandingkan dengan sanksi yang belum jelas dia terima atau anak beranggapan sanksi tersebut masih bisa dia hindarkan.

Hidup Boros


Anak yang terbiasa hidup boros dapat juga terdorong untuk melakukan perbuatan tak lazim, seperti mengambil barang (uang) milik orang lain.  Kebiasaan hidup boros, tentu membuat anak memiliki keinginan-keinginan yang berlebihan, apalagi kalau segala keinginan-keinginannya yang besar itu selalu dipenuhi.


Oleh karenanya bisa jadi di saat anak tidak memiliki sesuatu untuk, uang misalnya, untuk memenuhi keinginan-keinginanya yang besar tersebut, hal ini dapat mendorong anak mempunyai pikiran negatif.  Saat anak tidak mampu mengendalikan seleranya dan kesempatan untuk berbuat negatif terbuka lebar, desakan keinginan yang begitu besar tersebut membuat anak tanpa pikir lagi untuk mengambil barang atau uang yang bukan miliknya, untuk dipergunakan memenuhi keinginannya tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar