Minggu, 12 Januari 2014

Belajar Mengucapkan Kata Maaf

Umumnya orang dibesarkan dalam cara pendidikan lama.  Orang tua selalu benar, meskipun mereka bersalah.  Anak selalu salah, meskipun mereka benar.  Menyelesaikan pendidikan seperti itu tidaklah mudah.  Perlu adanya dobrakan kejiwaan, krisis spiritual atau kejujuran pribadi yang besar untuk berubah.  Itulah sebabnya banyak orang tua yang menghindari peningkatan keterampilan sebagai orang tua yang lebih baik, hingga hal itu terlambat, seringkali orang tua baru menyadari untuk menghargai anaknya ketika anak telah terlalu besar.

Kebanyakan orang lebih mudah meminta maaf kepada orang lain yang tidak dikenal di dalam bis misalnya, ketimbang kepada anak sendiri.  Sesungguhnya meminta maaf kepada anak sesudah menyinggung perasaannya atau menyiksa perasaan kita sendiri mengenai bagaimana seharusnya kita memperlakukan mereka adalah hal yang sangat penting.

Permintaan yang diucapkan orang tua kepada anaknya hendaknya adalah permintaan maaf yang tulus, bukan basa-basi, terlebih lagi dilakukan dengan muka masam dan kesal.  Benar-benar permintaan maaf, suatu pengakuan bahwa kita keliru, mereka benar.  Hal ini akan menciptakan rasa adanya persamaan dan anak akan merasa dihargai.

Mengajar Anak Menjadi Orang Yang Tangguh Tetapi Luwes


Anak harus dibesarkan dalam suatu masyarakat yang jauh lebih kompleks dan berbahaya dibandingkan dengan masyarakat tempat sebagian besar orang tua dulu dibesarkan.  Apabila anak kita berhasil menanggulangi obat bius, minuman keras, geng dan semua ancaman kejahatan, maka ia harus menghadapi dunia yang penuh dengan persaingan yang menantang hasratnya untuk sukses.  Agar anak dapat menghadapi dan mengatasi semua tantangan tersebut, ia perlu mempunyai rasa percaya diri.  Ia harus menjadi anak yang tangguh.

Tetapi anak juga harus dididik menjadi anak yang luwes, bijaksana dan baik hati yang rupanya seringkali merupakan suatu kemewahan dan hanya orang tua yang kaya yang mampu mengisolasikan anak dari dunia “nyata”.  Namun demikian, bagi sebagian besar orang tua hal tersebut benar-benar merupakan masalah karena mereka sendiri harus berjuang untuk tetap tegak dalam lingkungan yang penuh persaingan.

Bukan masalah jenis kelamin lagi, baik ayah maupun ibu kini menyadari pentingnya mendidik anak mereka menjadi orang yang tangguh.  Orang tua tunggal, baik laki-laki maupun perempuan, merasakan mendesaknya masalah tersebut.



Namun berani meminta maaf bukan berarti ia lemah dan tidak tangguh, justru kebalikannya, anak atau orang tua yang berani meminta maaf secara tulus untuk suatu kesalahan yang telah diperbuatnya menunjukkan sikap patriot dan bertanggung jawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar