Senin, 20 Januari 2014

Cara Mengatasi Anak Yang Suka Membangkang Atau Melawan (3)

Untuk mengatasi anak yang suka membangkang atau melawa diperlukan beberapa langkah pendekatan sebagai antisipasi, antara lain :

Cara Menyampaikan Maksud Yang Komunikatif

Agar anak mau mendengar, mau mengerti, mau merespon atau mau  melakukan  sesuatu  dengan  senang hati (tulus) sesuai dengan yang diinginkan orang tua, maka dalam penyampaian maksud atau berbicara kepada anak perlu diperhatikan :
  • ·         Kondisi psikologis anak
  • ·         Nada bicara atau intonasi yang digunakan
  • ·         Memberi rasa penting pada anak
  • ·         Tidak menggurui, memerintah, memaksa, menekan, mendikte anak
  • ·         Kembangkan komunikasi secara dua arah


Sebelum menyampaikan sesuatu atau berbicara pada anak, sebaiknya perhatikan kondisi psikologis anak.  Hal ini perlu diperhatikan untuk mengetahui kesiapan anak untuk mendengar ataupun merespon yang hendak disampaikan.

Jika kondisi psikologis anak tidak memungkinkan untuk mendengar apa yang akan disampaikan orang tua, maka dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti timbulnya ketegangan emosional, penolakan atau pembangkangan dan pengabaian oleh anak.

Kondisi psikologis anak yang tidak memungkinkan untuk mendengar maupun merespon ucapan orang tua contohnya adalah anak dalam kondisi letih, mengantuk, sedang bermasalah, lapar, sakit, sibuk, dan lain sebagainya.  Sebaliknya penyampaian lebih baik dilakukan pada saat anak dalam kondisi fresh (segar) atau sehat, baik secara fisik maupun mentalnya, dan anak tidak dalam keadaan sibuk mengerjakan sesuatu.

Jika orang tua dalam keadaan terpaksa berbicara dengan anak disaat anak tidak siap untuk mendengar, maka kita harus mensiasati cara penyampaian atau bicara, disesuaikan dengan kondisi psikologis anak.  Orang tua harus dapat menarik perhatian anak dan menciptakan suasana yang rileks, tanpa menambah beban derita atau memberatkan diri anak.

Nada bicara atau intonasi yang kita pergunakan saat bicara sangat berpengaruh terhadap penerimaan anak.  Nada yang keras dan kasar di telinga anak dapat menyebabkan anak tersinggung, sehingga membangkitkan emosinya yang pada akhirnya ia menolak apa yang disampaikan orang tuanya.  Sebaiknya nada bicara tidak dipengaruhi oleh suasana emosional, dalam hal ini orang tua harus pandai mengendalikan emosi, sehingga nada bicaranya enak didengar oleh anak.

Agar misi yang dibicarakan berhasil, maka orang tua harus dapat memberi rasa penting pada anak saat bicara.  Hal ini akan menimbulkan efek senang pada anak.  Efek senang pada anak akan menjadi kunci keterbukaan anak untuk menerima dengan tulus apa yang disampaikan orang tuanya, karena ia lebih mudah untuk dipengaruhi.

Cara memberi rasa penting pada anak adalah dengan memberi sanjungan atau pujian pada kemampuan anak atau menonjolkan peranan anak pada suatu kegiatan tertentu dan kesediaan orang tua mau mendengarkan ceritanya.  

Contoh dalam hal ini adalah perkataan :

  • -          “Ibu bangga padamu,karena… “
  • -          “Bagaimana menurut kamu tentang … “
  • -          “Ayah yakin kamu pasti bisa menyelesaikan ini…”
  • -          “Bagaimana bagusnya ini dibuat ya Andi…”
  • -          “Ibu butuh pertolonganmu Andi.., hanya kamu yang bisa membantu Ibu”
  • -          “Coba ceritakan pada Ayah, apa yang membuatmu begitu senang ?”


Akan lebih efektif pengaruhnya jika sembari menyentuh atau memegang tangan atau bahu anak dan menatap langsung mata anak.  Orang tua tidak boleh mengecilkan kemampuan anak atau melecehkan anak, jika mnginginkan anak merubah perilakunya atau menginginkan anak melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkan orang tua.

Hindari kesan menggurui, memerintah dengan kasar, memaksa, menekan atau mendikte anak.  Jika cara ini dilakukan akan membuat anak menjadi bosan dan enggan mendengarkan perkataan orang tua, sehingga berakhir dengan penolakannya.

Untuk itu orang tua harus dapat mengembangkan cara komunikasi dua arah atau timbal balik dengan anak.  Anak dirangsang untuk mengeluarkan pendapatnya, cita rasanya, pemikirannya, kreativitasnya dan penilaiannya tentang hal-hal yang menjadi objek atau topik pembicaraan. 

Dengan komunikasi dua arah akan merangsang keterlibatan emosional anak dalam memecahkan persoalan, menumbuhkan keinginan untuk mengetahui dengan jelas persoalan yang dihadapkan padanya, melatih anak fokus dalam memecahkan masalah, dan melatih anak mengutarakan buah pikirannya. 

Orang tuapun dapat dengan jelas mengetahui keinginan, buah pikiran dan kesulitan anak, dengan demikian dapat lebih mudah untuk menyesuaikan harapan orang tua dan anak, serta dapat membangun rasa saling pengertian. Namun untuk menjalankan cara ini, dituntut memiliki kesabaran dan kemauan memberi peluang kebebasan pada anak mengeluarkan pendapatnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar