Senin, 27 Januari 2014

Cara Menyikapi Anak Yang Suka Mengamuk Dan Memaki (3)

Dalam pembahasan sebelumnya dikatakan bahwa faktor pencetus (tressor) mengapa anak mudah mengamuk dan memaki diakibatkan antara lain cara orang tua memperlakukan anak, hubungan antar saudara yang kurang harmonis dan faktor lingkungan pergaulan.  Disini kita akan membahasnya satu persatu faktor tersebut.

Hubungan Antar Saudara Yang Tidak Harmonis

Perlu disadari oleh para orang tua bahwa pola hubungan antar saudara dapat juga mempengaruhi pembentukan perilaku anak.  Jika anak dalam keluarga selalu berselisih atau bertengkar dengan
saudaranya, dapat menimbulkan kebencian satu sama lainnya.

Pada umumnya, penyebab timbulnya perselisihan antar saudara karena adanya rasa iri hati.  Rasa iri hati ini timbul bisa jadi karena adanya perbedaan perlakuan orang tua, perbedaan kemampuan anak atau adanya persaingan yang tidak sehat antar saudara. 

Perselisihan yang berlarut-larut tersebut tentu akan membaut suasana hati anak tidak enak dan saling curiga satu sama lain, sehingga mempengaruhi sikap dan perilaku anak.   Akibatnya, sika-sikap agresif anak mudah terbentuk, jika ada masalah sedikit saja, emosi anak akan naik dan meledak-ledak.

Faktor Lingkungan Pergaulan


Lingkungan pergaulan anak juga dapat mempengaruhi terbentuknya sikap dan perilaku anak.  Pergaulan anak seringkali tidak terarah, dengan siapa anak bergaul dan kegiatan seperti apa yang ia lakukan, seringkali tanpa kontrol orang tua.

Padahal, banyak waktu anak tersita hanya untuk kumpul-kumpul dan bermain-main secara tidak produktif dengan teman-temannya.  Hal yang perlu disadari adalah, dalam lingkungan pergaulan proses adaptasi anak sangatlah kuat, dimana dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan teman begitu dominan. Kecenderungan ini sebenarnya tidak disadari anak, karena proses tersebut tanpa melalui proses penalaran yang kritis dan rumit.

Faktor-faktor perasaan emosional lebih dominan, dimana sikap, perasaan dan perilaku begitu cepat menyatu karena adanya dorongan keinginan untuk merasakan kebersamaan. Pada anak tanpa sadar telah memasuki tahap peniruan (imitation), bahkan begitu mudah terjadi proses identifikasi diri terhadap pola-pola yang berlaku dalam lingkungan pergaulan.


Terlebih lagi jika anak di rumah memperoleh perlakuan yang tidak memuaskan atau tidak menemukan kehangatan dalam keluarga atau merasa terasing dan kesepian di tengah lingkungan keluarganya.  Alhasil anak mencari tempat yang dapat menerima kehadirannya.  Jika anak memilih teman pergaulan yang memiliki perilaku buruk (negatif), maka anakpun cenderung mengadopsi perilaku buruk tersebut.  Perilaku buruk tersebut tentunya akan terbawa pula dalam interaksinya dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar