Sungguh bukan suatu
hal yang menyenangkan orang tua apabila emosi anaknya meledak-ledak. Jika menginginkan sesuatu harus
dikabulkan. Ketika orang tua berbicara
panjang lebar dengan harapan anak bisa menerima alasan mengapa keinginannya
ditolak, malah membuat anak marah. Ia
mengamuk hebat dengan membuang barang-barang disekitarnya.
Hal lain yang lebih
merisaukan adalah anak mulai mahir menggunakan kata-kata makian atau kata-kata
kotor seperti setan, anjing, babi, monyet dan lain sebagainya. Kata-kata kotor itu ia tujukan pada siapa
saja yang membuat hatinya kesal. Orang
tua yang mendengar hal ini tentu akan merasa tidak enak hati dan malu sekali.
Kadang orang tua
menjadi emosi menghadapi perilaku anak yang seperti itu. Demi mendisiplinkan anak biasanya orang tua
membentak, menjewer, menampar, memukul atau mencubit anak. Bahkan memojokkan anak dengan caci maki juga,
seperti dasar anak kurang ajar ; anak tak tahu diuntung ; dasar anak setan, dan
lain sebagainya.
Orang tua berharap
dengan sikap keras dan galaknya dapat merubah perilaku anak, namun orang tua
tidak menyadari yang sebenarnya terjadi adalah sebaliknya, anak malah semakin
mahir melakukan kekerasan, tidak hanya pelampiasannya pada barang-barang saja,
cara bicara anakpun semakin jorok dan kasar.
Menghadapi kenyataan
seperti ini tentu akan membuat orang tua bingung, bagaimana lagi cara
mengatasinya, apakah harus dibiarkan begitu saja ?. Yang jelas orang tua tidak boleh membiarkan
anak berperilaku seperti itu. Jika
dibiarkan terus berlanjut akan berdampak buruk pada perkembangan kepribadian
anak, ia akan cenderung menjadi anak yang nakal, tidak mengenal moral dan mudah
terjerumus pada perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain seperti perbuatan
kriminal.
Orang tua harus berani
bertanya pada dirinya sendiiri, dimana letak kesalahannya dalam mendidik anak
?. dan segera cari tahu letak kesalahan
tersebut. Setelah menyadari tindakan-tindakan
yang keliru dalam mendidik atau dalam memperlakukan anak, baik yang disengaja
maupun tidak disengaja, barulah dicari langkah-langkah yang tepat dalam
menyikapi sikap anak tersebut.
Mengapa Anak Suka Mengamuk Dan Memaki ?
Anak yang suka
mengamuk merupakan manifestasi dari luapan perasaan kesal, jengkel, marah, iri
hati, merasa tak disayang, diremehkan, tidak dihargai atau ditekan yang membuat
anak merasa kecewa dan sedih. Ia kecewa
dan sedih karena keinginannya tidak terpenuhi atau mendapat perlakuan yang
tidak mengenakkannya.
Rasa kecewa yang
berkelanjutan ini membuat emosinya mudah meledak-ledak dan sebagai kompensasi
atau pelampiasan dari rasa tak puasnya ditumpahkan dengan memaksakan
keinginannya. Luapan emosi anak tersebut
bisa dalam bentuk perbuatan, yaitu dengan cara merusak barang-barang yang ada
disekitarnya, atau dalam bentuk ucapan, yaitu dengan cara memaki.
Sikap reaktif anak
tersebut terlepas dari proses kontrol penalarannya, apakah yang diperbuatnya
itu baik atau tidak. Yang ada dibenaknya
hanyalah luapan perasaannya agar keinginannya dipenuhi. Jika keinginannya dipenuhi, sikap agresi
anakpun menurun.
Yang perlu disadari
adalah faktor pencetus (tressor) mengapa anak mudah mengamuk dan memaki. Jika ditelaah lebih lanjut, ternyata anak
mudak mengamuk umumnya diakibatkan :
- - Cara orang tua memperlakukan anak
- - Hubungan antar saudara yang kurang harmonis
- - Faktor lingkungan pergaulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar