Rabu, 22 Januari 2014

Cara Menyikapi Anak Yang Keranjingan Video Game (3)

Rasanya tidak bijaksana jika orang tua melakukan pengisolasian atau menjauhkan anak dari permainan video game yang menjadi tren anak-anak masa kini.  Pasalnya jika hal ini dilakukan anak-anak malah bisa mencuri-curi waktu untuk main video game di luar tanpa sepengetahuan orang tua.  Akibatnya bahkan kemungkinan terburuknya anak menjadi suka membolos sekolah dan menghabiskan uang  jajan atau bahkan uang sekolahnya di arena permainan video game.


Oleh karenanya hal ini harus disikapi dengan lebih bijaksana.  Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa permainan video game ini memiliki dampak positif dan negatif.  Dengan mempertimbangkan adanya dampak positif tersebut, orang tua selayaknya bukan menjauhkan anak-anak dari video game, namun lebih menitik beratkan bagaimana mengantisipasi dampak negatifnya, yaitu dalam hal pengontrolan dan pengendalian permainan anak.
Pengontrolan, pengendalian atau pembatasan yang harus dilakukan jangan sampai dirasakan anak sebagai suatu pengekangan pada anak untuk bermain video game, melainkan lebih diarahkan untuk membentuk saling pengertian antara orang tua dan anak.

Dengan cara ini diharapkan tumbuh kesadaran anak untuk mau membagi waktu dengan tepat, kapan waktu bermain dan kapan waktu belajar, menyelesaikan tugas serta tanggung jawabnya.  Langkah-langkah berikut dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyikapi anak yang keranjingan video game, antara lain :

Hindari Perlakuan Otoriter Pada Anak


Anak yang keranjingan main video game tidak bisa dihadapi dengan cara-cara keras dan kasar.  Memaksakan anak untuk segera menghentikan atau membatasi waktu bermain video game dengan ancaman, kekerasan, siksaan atau paksaan terhadap anak akan sia-sia belaka. Mengapa ? karena kekerasan yang dipaksakan kepada anak hanya mungkin bisa mengubah perilakunya sementara saja karena anak merasa takut disakiti, diusir atau dihukum.

Disisi lain sikap keras terhadap anak dapat menimbulkan konsekuensi lain, yaitu menjadi munculnya sumber pemikiran anak untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak baik dan tidak sesuai dengan harapan orang tua.  Ini dilakukannya sebagai bentuk balas dendam dari pengekangan yang dialaminya.
Anak bisa saja jadi suka mencuri-curi waktu untuk bermain video game tanpa sepengetahuan orang tua.  Kemungkinan lain, anak  dapat saja melakukan perbuatan lain yang merugikan dirinya sendiri, sebagai bentuk kompensasi rasa kecewanya.

Selain daripada itu, sikap keras terhadap anak hanya akan merangsang timbulnya sikap reaktif anak.  Secara ekstrem dan lambat laun anak belajar menentang atau membangkang terhadap perintah orang tuanya.


Untuk menyikapi perilaku anak tersebut, orang tua harus dapat mengendalikan emosi dan berusaha mencari cara-cara yang tepat dan dapat diterima anak dengan terbuka.  Cara tersebut tidak menimbulkan reaksi penolakan anak atau tanpa menimbulkan kekecewaan pada anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar