Mengapa Anak Mudah Dilanda Depresi ?
Jika diperhatikan, depresi ini sebenarnya dapat terjadi karena masalah
yang umum terjadi dalam kehidupan.
Bahkan ironisnya, depresi bisa muncul hanya karena masalah yang menurut
kebanyakan orang adalah masalah sepele saja.
Seperti sering diejek dan dijadikan objek olok-olokan teman, atau
dikucilkan teman. Namun masalah tersebut
dianggap serius dan menjadi beban yang luar biasa berat
bagi anak yang mudah
depresi, sehingga perasaannya selalu tertekan.
Apabila diamati, penyebab depresi diakibatkan oleh banyak faktor, bukan
hanya terletak pada masalah yang dihadapi dan bagaimana pola pikir dan
kepribadian anak. Secara garis besar,
penyebab depresi pada anak dapat dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu :
Pertama, faktor psikologis.
- · Sumber masalah yang menjadi pencetus
- · Pola pikir dalam menyikapi dan menanggapi faktor pencetus
- · Karakter kepribadian anak
Kedua, faktor biologis.
- · Faktor keturunan
- · Faktor ketidakseimbangan zat-zat kimiawi dalam otak
Secara psikologis, jenis masalah yang dapat membuat anak depresi ini
bersangkut paut atau berhubungan dengan hal-hal mengenai ketidakmampuan diri,
perbedaan diri, perpisahan diri dan bentuk-bentuk penolakan yang dirasakan
anak. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan
anak merasa kehilangan pegangan atau tempat berlindung, terpukul, kesepian,
hingga ia putus asa karena tidak tahu harus berbuat apa. Anak merasa tidak
berdaya menghadapi masalah yang menghimpitnya.
Depresi ini muncul karena bertumpuknya masalah sehari-hari atau anak
mengalami suatu kejadian yang membuatnya trauma. Sementara itu masalah penolakan yang ia
rasakan akibat perlakuan orang tua, saudara, teman maupun lingkungan pergaulan
membuat anak merasa tak berarti.
Perasaan ketidakberdayaan inilah yang menyebabkan anak menjadi depresi.
Anak yang mengalami depresi tak mampu mencari penyelesaian terhadap
masalah yang menghimpitnya. Hal ini
dapat menimbulkan pikiran-pikiran negatif untuk mencari jalan pintas dalam
menyelesaikan masalahnya, seperti pikiran untuk mengakhiri hidup atau melakukan
suatu tindakan yang membahayakan dirinya.
Ketidakmampuan anak dalam menganalisa masalah yang dihadapinya karena
kurangnya pengetahuan, pengalaman dan anak cenderung memiliki pandangan
negative thinking (pikiran negatif) terhadap diri sendiri. Anak merasa selalu tak mampu menyelesaikan
masalah yang dihadapinya. Anak
berpikiran negatif terhadap masalah yang dihadapinya. Anak merasa terpojok, tak berdaya dan tak
berarti apa-apa.
Karakter kepribadian anak inipun turut menentukan mudah tidaknya anak
terserang depresi. Anak yang memiliki
karakter tertutup, akan memiliki kecenderungan selalu memendam dan menumpuk
masalah, padahal setiap orang mempunyai kemampuan terbatas untuk menyimpan
maslah sendiri. Oleh karenanya anak yang
memiliki karakter tertutup cenderung memiliki tipe negative thinking, sehingga lebih mudah terserang depresi.
Masalahnya adalah, anak selalu menilai negatif pada kemampuan diri
sendiri, merasa tidak mampu, sehingga menjadi anak yang pesimis dan hopeless. Jika anak dihadapkan pada suatu masalah dan
anak terlebih dahulu sudah pesimis serta suka memendam masalahnya, tak heran
jika ia mudah sekali terserang depresi.
Secara biologis, anak yang mudah terserang depresi ini juga dipengaruhi
oleh faktor keturunan. Jika anak secara
garis keturunan ke atas ada yang mengalami depresi (bisa jadi bapak, ibu, kakek
atau neneknya), besar kemungkinan suatu saat anak mudah mengalami depresi juga.
Faktor biologis lainnya yaitu ketidakseimbangan zat kimiawi di otak yang
menjadi faktor pencetus depresi. Dalam
tak manusia itu banyak sekali zat-zat kimiawi yang mempengaruhi tingkat emosi
seseorang. Jika zat-zat kimiawi dalam
otak tersebut tidak seimbang, emosi seseorang menjadi labil. Dengan kondisi emosi yang labil tersebut,
jika anak dihadapkan pada suatu persoalan, anak tidak akan dapat berpikir
dengan baik. Bahkan bisa saja menjadi down atau tertekan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar