Kamis, 30 Januari 2014

Cara Mengatasi Anak Yang Merasa Kesepian Atau Terkucil (3)

Dari faktor-faktor pencetus anak merasa kesepian atau terkucil yang telah dibahas sebelumnya diketahui bahwa faktor utamanya disebabkan oleh dua masalah, yaitu yang bersumber dari dalam pribadi anak itu sendiri dan dari faktor ekses dari relasi sosial anak yang membuat anak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi atau bergaul ini.

Oleh karenanya diperlukan pendekatan dengan langkah-langkah yang praktis dan efektif untuk mengatasi rasa kesepian atau terkucil anak, agar anak mampu bersosialisasi atau bergaul dengan baik, yaitu sebagai berikut :

Membangun Rasa Percaya Diri Anak

Pastikan apakah anak akan tetap mempertahankan sikap pesimistis dan memandang rendah dirinya sendiri atau tidak.  Anak harus berani membuka diri dan mengakui keburukan sikapnya semala ini.  Kita dapat mengajak anak melihat realita atas kerugian-kerugian yang dirasakan anak hampir sepanjang waktunya karena menutup diri.  Bangkitkan keinginan anak untuk bergaul dengan mengemukakan keuntungan dan hal-hal positif yang didapat dalam bergaul.

Jika keinginan anak untuk berinteraksi dalam lingkungan sosialnya mulai tumbuh, selanjutnya kita dapat memberi dukungan dengan mengembangkan rasa percaya diri anak.  Untuk dapat berinteraksi dengan baik di dalam hubungan sosialnya, tentu anak harus dapat menunjukkan rasa percaya dirinya.  Kekurangan pada diri pribadi anak bukan alasan untuk tidak dapat menjalin relasi sosial.

Untuk membangun rasa percaya diri anak, orang tua dapat mengemukakan pada anak, anak harus selalu berpikiran positif (positive thinking).  Jangan pernah ucapkan dan pikirkan hal-hal negatif tentang diri sendiri, seburuk apapun kondisi yang sedang dihadapi atau dimiliki anak karena anak masih punya kekuatan dan kemampuan untuk mengatasinya.
  • Anak harus berpikir dirinya “mampu berbuat sesuatu” sebagaimana orang lain mampu berbuat.
  •  Jangan pernah menyerah pada perasaan (yang belum tentu benar karena belum dibuktikan).
  • Jangan biasakan memikirkan pendapat orang lain tentang diri sendiri atau penampilan diri, karena hal tersebut belum tentu benar.
  • Jangan suka membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain, karena setiap orang mempunyai kelebihan masing-masing.
  •  Bersikaplah ramah kepada setiap orang.
  •  Buang sikap murung dan songsonglah hidup ini dengan senyuman manis dan sikap optimis.


Mengembangkan Nilai Plus Yang Ada Pada Diri Anak

Setiap orang atau anak sebenarnya memiliki potensi atau kemampuan yang tersembunyi.  Oleh karena itu, bantulah anak untuk menemukan potensi dirinya yang bisa menjadi citra dirinya tersebut.  Jika citra diri anak berhasil dimunculkan, tanpa disadari, diri anak akan memancarkan pesona tersendiri yang keluar dan tampak pada penampilan anak.

Hal ini dapat menimbulkan simpati orang-orang yang berada di sekitarnya. Dengan demikian, kekurangan yang dimiliki anak tidak akan berarti apa-apa lagi, jika anak mampu menunjukkan kelebihan-kelebihan lainnya yang mampu mempesona orang lain.

Menyiasati Kekurangan Yang Dimiliki Anak Dengan Mengembangkan Keterampilan Khusus
Keterampilan khusus yang mungkin tidak dimiliki orang lain dapat menjadi jembatan interaksi sosial anak dengan lingkungannya.  Oleh karena itu, usahakanlah agar anak memiliki keterampilan khusu, baik itu berdasarkan hobi, bakat, atau buah kreativitas anak.

Apabila anak telah memiliki keterampilan khusus tertentu, tentu akan mengundang kekaguman teman-temannya.  Kekaguman teman-temannya itu akan membuat teman-temannya menaruh minat dan perhatian untuk lebih dekat dengan anak.  Anakpun akan lebih mudah menjalin hubungan dengan teman-temannya tersebut.

Menghapus Kecemasan Sosial Anak

Anak harus dibebaskan dari rasa bersalah dan rasa malu yang berkembang secara berkepanjangan yang menyertai suatu peristiwa yang telah terjadi dan telah berlalu.  Merasa salah dan merasa malu atas peristiwa atau kondisi yang dihadapi anak itu wajar, namun hendaknya jangan sampai mengontrol seluruh pikiran dan perilaku anak, sehingga banyak waktu dan kesempatan anak menjadi terbuang percuma.

Anak harus dilatih untuk berpikir positif, bahwa peristiwa itu telah terjadi, kita tidak dapat mencegah peristiwa yang telah terjadi, walaupun anak menangis, meratapi, atau menyesali diri, berandai-andai, serta mencari-cari siapa yang bersalah, kita tidak dapat memutar waktu kembali, seperti sediakala sebelum peristiwa itu terjadi.

Oleh karenanya, anak tidak dapat menolaknya dan harus menerima kenyataan itu dalam hati, yaitu dengan mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya dan harus meminta maaf kepada orang yang telah dirugikannya (jika ada), walaupun itu sangat sulit, namun anak tidak punya pilihan lain.

Setelah anak mampu menerima kenyataan, mengakui kesalahannya, meminta maaf dan bertekad tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, anak tidak lagi disibukkan oleh perasaan bersalah dan rasa malu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar