Senin, 27 Januari 2014

Cara Menyikapi Anak Yang Suka Mengamuk Dan Memaki (4)

Sebelumnya telah dibahas mengenai faktor penyebab timbulnya perilaku anak yang suka mengamuk dan memaki.  Ternyata, anak mengamuk dan memaki bukan terjadi begitu saja dan bukan karena adanya faktor bawaan (turunan) anak, namun lebih dipengaruhi oleh ekses psikologis lingkungan anak, terutama ekses dari cara-cara orang tua memperlakukan anak.

Setelah orang tua menyadari tindakannya yang kurang tepat dalam memperlakukan anak, maka sudah
seharusnyalah untuk mau merubahnya.  Untuk itu diperlukan langkah-langkah pendekatan yang jitu pada anak, sebagai antisipasi perilaku anak yang suka mengamuk dan memaki, sebagai berikut :

Jangan Terlalu Memanjakan Anak

Sebelumnya telah dibahas bagaimana dampak negatif memanjakan anak secara berlebihan. Agar sifat-sifat buruk anak tidak berkembang menjadi lebih buruk lagi dan menjadi permanen membentuk kepribadian anak, maka orang tua harus merubah cara memperlakukan anak.  Jangan sampai semakin direpotkan oleh perilaku anak yang terus mendikte dan mengatur orang tuanya sekehendak hatinya.

Menafsirkan kasih sayang bukan berarti harus memanjakan secara ekstrem, melainkan upaya membangun kedekatan, kehangatan dan perhatian antara orang tua dan anak.

Kedekatan, berarti menunjukkan adanya dan eratnya hubungan perasaan dan emosional antara orang tua dengan anak.  Satu sama lain saling mengasihi dan memperhatikan.  Untuk membangun kedekatan orang tua dengan anak, tentunya kita harus membiasakan diri selalu bersama dengan anak.  Begitu juga, kesediaan orang tua mendengarkan perasaan dan keinginan anak serta bagaimana cara menanggapi perasaan dan keinginan anak tersebut, tanpa harus memanjakannya secara berlebihan.

Kehangatan, berarti suasana hubungan yang sangat menyenangkan, dimana anak merasa nyaman dan merasa diayomi dengan kasih sayang, bebas dari segala bentuk tekanan.  Untuk menciptakan kehangatan hubungan orang tua dan anak ini dapat dilakukan dengan memberi sentuhan, pelukan dan perhatian pada anak.  Anakpun akan merasa bebas dan terbuka mengungkapkan perasaan dan keinginannya.  Orang tua menjadi tempat untuk curahan hatinya (curhat), dan orang tua harus bisa memberikan kesejukan pada anak dalam menanggapi curhat dan harapannya.

Perhatian pada anak, berarti adanya kepedulian orang tua terhadap perasaan, keinginan dan kebutuhan anak.  Orang tua harus peka terhadap perasaan, kebuutuhan dan keinginan serta perubahan anak, dan harus mampu mengkomunikasikan setiap perasaan, keinginan dan kebutuhan secara baik dengan anak, untuk mendapatkan saling pengertian dan tanpa dilandasi oleh sikap emosional.

Tidak semua keinginan anak harus dituruti, terutama keinginan yang berlebihan atau keinginan yang belum pantas untuknya.  Orang tua harus dapat menempatkan keinginan anak yang berlebihan secara proporsional sesuai dengan kebutuhan anak.  Selain itu juga harus membuat anak dapat menghargai dan mau menerima penjelasan orang tua tanpa merasa kecewa, melainkan bisa memahami apa yang dijelaskan orang tuanya.

Dalam hal ini orang tua dituntut mengupayakan cara penyampaian kata tidak itu harus diiringi dengan alasan yang jelas dan dimengerti anak, tanpa menyinggung perasaan anak.  Pilih kata-kata yang sesuai dengan daya tangkap dan usia anak. Jangan langsung mematahkan keinginan anak dengan kata-kata yang dapat melukai perasaannya dan membuatnya kecewa.

Agar anak mau menerima penjelasan orang tua, maka terlebih dahulu kita harus dapat menyentuh rasa penting anak.  Menyentuh rasa penting anak, berarti anak akan merasa dihargai, dianggap dewasa, dianggap hebat, dianggap mampu bernalar dengan baik, dan lain sebagainya.

Menyentuh rasa penting anak dapat dilakukan dengan cara menyanjung anak.  Anak yang merasa tersanjung, tuntutannyapun dengan sendirinya akan mengendur dan anak siap mendengar apa yang akan dijelaskan orang tua dengan senang hati, dan ia tidak terlalu gotot menuntut orang tua memenuhi keinginannya.

Cara lain untuk menolak keinginan anak adalah dengan mengalihkan perhatiannya pada hal-hal yang lebih penting lainnya.  Namun cara menyampaikan usul itupun harus dengan menyentuh rasa butuh dan merangsang daya nalar anak, sehingga anak merasa tertarik terhadap apa yang kita utarakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar