Bagaimana mendidik anak agar anak merasa diterima sebagaimana adanya ?. Bagi
seorang anak, menemukan seseorang yang mau menerima dirinya sebagaimana adanya
adalah sesuatu yang istimewa, karena hal itu tidak banyak terjadi pada banyak
orang yang dikenalnya. Seringkali, orang
tua menyampaikan harapan yang tidak terucap bahwa apapun yang telah
dikerjakannya sebenarnya dapat dikerjakan lebih baik lagi.
Guru selalu
menyuruhnya mengerjakan sesuatu yang kurang begitu dipahami caranya. Temannya selalu mencoba menunjukkan bahwa
mereka lebih baik darinya dalam hal tertentu.
Kakak kandungnyapun mencoba membuatnya tetap berada di posisinya.
Bagaimana mendidik anak agar anak merasa diterima
sebagaimana adanya ?. Yaitu dengan menjadi orang tua yang “aneh”. Orang
tua yang sedikit “aneh” mampu menerima diri mereka sendiri sebagaimana
adanya. Kemampuan ini sering mereka
tularkan kepada anak mereka. Sebagai
contoh, beberapa orang tua tidak begitu menaruh perhatian pada prestasi anak di
sekolah. Mereka menerima begitu saja
prestasi anak.
Bagaimana mendidik anak agar anak merasa diterima
sebagaimana adanya ?. Yaitu dengan menjadi orang tua yang “aneh”. Orang
tua yang “aneh” tidak suka memberikan penilaian kepada anak, sehingga anak
tidak takut dikecam orang tua.
Penerimaan ini bukan berarti anak dapat berbuat sesuka hati. Orang tua yang “aneh” tidak menerima begitu
saja semua hal. Sebagai contoh, mereka
tampaknya tidak mempedulikan prestasi anak di sekolah, tetapi marah melihat
perilaku yang kurang pantas.
Sebagai orang tua,
Anda seringkali dihadapkan pada dilema apakah akan menerima anak sebagaimana
adanya atau memaksanya berubah ke arah yang “positif”. Apakah hasil kerja anak telah cukup baik atau
sebaiknya Anda memberitahunya cara yang seharusnya dilakukan supaya hasilnya
lebih baik ? Apa saja yang Anda terima pada diri anak dan apa yang hendak coba
diubah ? Tidak ada jawaban yang baik dan konsisten untuk dilema ini dan yang
bermanfaat dalam interaksi yang terjadi setiap hari.
Bagaimana mendidik anak agar anak merasa diterima
sebagaimana adanya ?. Yaitu dengan menjadi orang tua yang “aneh”. Orang
tua yang “aneh” cenderung lebih mau menerima anak sebagaimana adanya, terutama
di bidang mana anak memperlihatkan ciri yang “aneh”. Bidang ini mungkin merupakan bidang yang
diminatinya secara khusus atau sangat digemarinya. Kegemaran ini di masa kanak-kanak seringkali
merupakan awal dari panggilan hidupnya sewaktu dewasa dan menghasilkan prestasi
yang menonjol.
Pengalaman adanya
penerimaan oleh orang tua merupakan sebab mengapa banyak orang “aneh” yang
membiarkan dirinya mengembangkan bakat atau keterampilan yang unik sebagai
orang dewasa. Agar dapat menerima anak
sebagaimana adanya, Anda harus menerima segala sesuatu yang mungkin “aneh” pada
diri Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar