Untuk mengatasi anak
yang suka membangkang atau melawa diperlukan beberapa langkah pendekatan
sebagai antisipasi, antara lain :
Cara Menyampaikan Maksud Yang Komunikatif
Agar anak mau mendengar,
mau mengerti, mau merespon atau mau melakukan sesuatu dengan senang hati (tulus) sesuai dengan yang diinginkan orang tua, maka dalam penyampaian maksud
atau berbicara kepada anak perlu diperhatikan :
- · Kondisi psikologis anak
- · Nada bicara atau intonasi yang digunakan
- · Memberi rasa penting pada anak
- · Tidak menggurui, memerintah, memaksa, menekan, mendikte anak
- · Kembangkan komunikasi secara dua arah
Sebelum menyampaikan
sesuatu atau berbicara pada anak, sebaiknya perhatikan kondisi psikologis
anak. Hal ini perlu diperhatikan untuk
mengetahui kesiapan anak untuk mendengar ataupun merespon yang hendak
disampaikan.
Jika kondisi
psikologis anak tidak memungkinkan untuk mendengar apa yang akan disampaikan
orang tua, maka dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti
timbulnya ketegangan emosional, penolakan atau pembangkangan dan pengabaian
oleh anak.
Kondisi psikologis
anak yang tidak memungkinkan untuk mendengar maupun merespon ucapan orang tua
contohnya adalah anak dalam kondisi letih, mengantuk, sedang bermasalah, lapar,
sakit, sibuk, dan lain sebagainya.
Sebaliknya penyampaian lebih baik dilakukan pada saat anak dalam kondisi
fresh (segar) atau sehat, baik secara fisik maupun mentalnya, dan anak tidak
dalam keadaan sibuk mengerjakan sesuatu.
Jika orang tua dalam
keadaan terpaksa berbicara dengan anak disaat anak tidak siap untuk mendengar,
maka kita harus mensiasati cara penyampaian atau bicara, disesuaikan dengan
kondisi psikologis anak. Orang tua harus
dapat menarik perhatian anak dan menciptakan suasana yang rileks, tanpa
menambah beban derita atau memberatkan diri anak.
Nada bicara atau
intonasi yang kita pergunakan saat bicara sangat berpengaruh terhadap
penerimaan anak. Nada yang keras dan
kasar di telinga anak dapat menyebabkan anak tersinggung, sehingga
membangkitkan emosinya yang pada akhirnya ia menolak apa yang disampaikan orang
tuanya. Sebaiknya nada bicara tidak
dipengaruhi oleh suasana emosional, dalam hal ini orang tua harus pandai
mengendalikan emosi, sehingga nada bicaranya enak didengar oleh anak.
Agar misi yang
dibicarakan berhasil, maka orang tua harus dapat memberi rasa penting pada anak
saat bicara. Hal ini akan menimbulkan
efek senang pada anak. Efek senang pada
anak akan menjadi kunci keterbukaan anak untuk menerima dengan tulus apa yang
disampaikan orang tuanya, karena ia lebih mudah untuk dipengaruhi.
Cara memberi rasa
penting pada anak adalah dengan memberi sanjungan atau pujian pada kemampuan
anak atau menonjolkan peranan anak pada suatu kegiatan tertentu dan kesediaan
orang tua mau mendengarkan ceritanya.
Contoh dalam hal ini adalah perkataan :
- - “Ibu bangga padamu,karena… “
- - “Bagaimana menurut kamu tentang … “
- - “Ayah yakin kamu pasti bisa menyelesaikan ini…”
- - “Bagaimana bagusnya ini dibuat ya Andi…”
- - “Ibu butuh pertolonganmu Andi.., hanya kamu yang bisa membantu Ibu”
- - “Coba ceritakan pada Ayah, apa yang membuatmu begitu senang ?”
Akan lebih efektif
pengaruhnya jika sembari menyentuh atau memegang tangan atau bahu anak dan
menatap langsung mata anak. Orang tua
tidak boleh mengecilkan kemampuan anak atau melecehkan anak, jika mnginginkan
anak merubah perilakunya atau menginginkan anak melakukan sesuatu sebagaimana
yang diinginkan orang tua.
Hindari kesan
menggurui, memerintah dengan kasar, memaksa, menekan atau mendikte anak. Jika cara ini dilakukan akan membuat anak
menjadi bosan dan enggan mendengarkan perkataan orang tua, sehingga berakhir
dengan penolakannya.
Untuk itu orang tua
harus dapat mengembangkan cara komunikasi dua arah atau timbal balik dengan
anak. Anak dirangsang untuk mengeluarkan
pendapatnya, cita rasanya, pemikirannya, kreativitasnya dan penilaiannya
tentang hal-hal yang menjadi objek atau topik pembicaraan.
Dengan komunikasi dua
arah akan merangsang keterlibatan emosional anak dalam memecahkan persoalan,
menumbuhkan keinginan untuk mengetahui dengan jelas persoalan yang dihadapkan
padanya, melatih anak fokus dalam memecahkan masalah, dan melatih anak
mengutarakan buah pikirannya.
Orang tuapun dapat dengan jelas mengetahui keinginan, buah pikiran dan kesulitan anak, dengan demikian dapat lebih mudah untuk menyesuaikan harapan orang tua dan anak, serta dapat membangun rasa saling pengertian. Namun untuk menjalankan cara ini, dituntut memiliki kesabaran dan kemauan memberi peluang kebebasan pada anak mengeluarkan pendapatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar