Umumnya orang dibesarkan dalam
cara pendidikan lama. Orang tua selalu
benar, meskipun mereka bersalah. Anak
selalu salah, meskipun mereka benar. Menyelesaikan
pendidikan seperti itu tidaklah mudah.
Perlu adanya dobrakan kejiwaan, krisis spiritual atau kejujuran pribadi
yang besar untuk berubah. Itulah
sebabnya banyak orang tua yang menghindari peningkatan keterampilan sebagai
orang tua yang lebih baik, hingga hal itu terlambat, seringkali orang tua baru
menyadari untuk menghargai anaknya ketika anak telah terlalu besar.
Kebanyakan orang lebih mudah
meminta maaf kepada orang lain yang tidak dikenal di dalam bis misalnya,
ketimbang kepada anak sendiri.
Sesungguhnya meminta maaf kepada anak sesudah menyinggung perasaannya
atau menyiksa perasaan kita sendiri mengenai bagaimana seharusnya kita
memperlakukan mereka adalah hal yang sangat penting.
Permintaan yang diucapkan orang
tua kepada anaknya hendaknya adalah permintaan maaf yang tulus, bukan
basa-basi, terlebih lagi dilakukan dengan muka masam dan kesal. Benar-benar permintaan maaf, suatu pengakuan
bahwa kita keliru, mereka benar. Hal ini
akan menciptakan rasa adanya persamaan dan anak akan merasa dihargai.
Mengajar Anak Menjadi Orang Yang Tangguh Tetapi Luwes
Anak harus dibesarkan dalam suatu
masyarakat yang jauh lebih kompleks dan berbahaya dibandingkan dengan
masyarakat tempat sebagian besar orang tua dulu dibesarkan. Apabila anak kita berhasil menanggulangi obat
bius, minuman keras, geng dan semua ancaman kejahatan, maka ia harus menghadapi
dunia yang penuh dengan persaingan yang menantang hasratnya untuk sukses. Agar anak dapat menghadapi dan mengatasi
semua tantangan tersebut, ia perlu mempunyai rasa percaya diri. Ia harus menjadi anak yang tangguh.
Tetapi anak juga harus dididik
menjadi anak yang luwes, bijaksana dan baik hati yang rupanya seringkali
merupakan suatu kemewahan dan hanya orang tua yang kaya yang mampu
mengisolasikan anak dari dunia “nyata”.
Namun demikian, bagi sebagian besar orang tua hal tersebut benar-benar
merupakan masalah karena mereka sendiri harus berjuang untuk tetap tegak dalam
lingkungan yang penuh persaingan.
Bukan masalah jenis kelamin lagi,
baik ayah maupun ibu kini menyadari pentingnya mendidik anak mereka menjadi
orang yang tangguh. Orang tua tunggal,
baik laki-laki maupun perempuan, merasakan mendesaknya masalah tersebut.
Namun berani meminta maaf bukan berarti ia
lemah dan tidak tangguh, justru kebalikannya, anak atau orang tua yang berani
meminta maaf secara tulus untuk suatu kesalahan yang telah diperbuatnya
menunjukkan sikap patriot dan bertanggung jawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar