Dari faktor-faktor pencetus anak merasa kesepian atau terkucil yang
telah dibahas sebelumnya diketahui bahwa faktor utamanya disebabkan oleh dua
masalah, yaitu yang bersumber dari dalam pribadi anak itu sendiri dan dari
faktor ekses dari relasi sosial anak yang membuat anak mengalami kesulitan
dalam bersosialisasi atau bergaul ini.
Oleh karenanya diperlukan pendekatan dengan langkah-langkah yang praktis
dan efektif untuk mengatasi rasa kesepian atau terkucil anak, agar anak mampu
bersosialisasi atau bergaul dengan baik, yaitu sebagai berikut :
Membangun Rasa Percaya Diri Anak
Pastikan apakah anak akan tetap mempertahankan sikap pesimistis dan
memandang rendah dirinya sendiri atau tidak.
Anak harus berani membuka diri dan mengakui keburukan sikapnya semala
ini. Kita dapat mengajak anak melihat
realita atas kerugian-kerugian yang dirasakan anak hampir sepanjang waktunya
karena menutup diri. Bangkitkan
keinginan anak untuk bergaul dengan mengemukakan keuntungan dan hal-hal positif
yang didapat dalam bergaul.
Jika keinginan anak untuk berinteraksi dalam lingkungan sosialnya mulai
tumbuh, selanjutnya kita dapat memberi dukungan dengan mengembangkan rasa
percaya diri anak. Untuk dapat berinteraksi
dengan baik di dalam hubungan sosialnya, tentu anak harus dapat menunjukkan
rasa percaya dirinya. Kekurangan pada
diri pribadi anak bukan alasan untuk tidak dapat menjalin relasi sosial.
Untuk membangun rasa percaya diri anak, orang tua dapat mengemukakan
pada anak, anak harus selalu berpikiran positif (positive thinking). Jangan pernah ucapkan dan pikirkan hal-hal
negatif tentang diri sendiri, seburuk apapun kondisi yang sedang dihadapi atau
dimiliki anak karena anak masih punya kekuatan dan kemampuan untuk
mengatasinya.
- Anak harus berpikir dirinya “mampu berbuat sesuatu” sebagaimana orang lain mampu berbuat.
- Jangan pernah menyerah pada perasaan (yang belum tentu benar karena belum dibuktikan).
- Jangan biasakan memikirkan pendapat orang lain tentang diri sendiri atau penampilan diri, karena hal tersebut belum tentu benar.
- Jangan suka membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain, karena setiap orang mempunyai kelebihan masing-masing.
- Bersikaplah ramah kepada setiap orang.
- Buang sikap murung dan songsonglah hidup ini dengan senyuman manis dan sikap optimis.
Mengembangkan Nilai Plus Yang Ada
Pada Diri Anak
Setiap orang atau anak sebenarnya memiliki potensi atau kemampuan yang
tersembunyi. Oleh karena itu, bantulah
anak untuk menemukan potensi dirinya yang bisa menjadi citra dirinya
tersebut. Jika citra diri anak berhasil
dimunculkan, tanpa disadari, diri anak akan memancarkan pesona tersendiri yang
keluar dan tampak pada penampilan anak.
Hal ini dapat menimbulkan simpati orang-orang yang berada di sekitarnya.
Dengan demikian, kekurangan yang dimiliki anak tidak akan berarti apa-apa lagi,
jika anak mampu menunjukkan kelebihan-kelebihan lainnya yang mampu mempesona
orang lain.
Menyiasati Kekurangan Yang
Dimiliki Anak Dengan Mengembangkan Keterampilan Khusus
Keterampilan khusus yang mungkin tidak dimiliki orang lain dapat menjadi
jembatan interaksi sosial anak dengan lingkungannya. Oleh karena itu, usahakanlah agar anak
memiliki keterampilan khusu, baik itu berdasarkan hobi, bakat, atau buah
kreativitas anak.
Apabila anak telah memiliki keterampilan khusus tertentu, tentu akan
mengundang kekaguman teman-temannya.
Kekaguman teman-temannya itu akan membuat teman-temannya menaruh minat
dan perhatian untuk lebih dekat dengan anak.
Anakpun akan lebih mudah menjalin hubungan dengan teman-temannya
tersebut.
Menghapus Kecemasan Sosial Anak
Anak harus dibebaskan dari rasa bersalah dan rasa malu yang berkembang
secara berkepanjangan yang menyertai suatu peristiwa yang telah terjadi dan
telah berlalu. Merasa salah dan merasa
malu atas peristiwa atau kondisi yang dihadapi anak itu wajar, namun hendaknya
jangan sampai mengontrol seluruh pikiran dan perilaku anak, sehingga banyak
waktu dan kesempatan anak menjadi terbuang percuma.
Anak harus dilatih untuk berpikir positif, bahwa peristiwa itu telah
terjadi, kita tidak dapat mencegah peristiwa yang telah terjadi, walaupun anak
menangis, meratapi, atau menyesali diri, berandai-andai, serta mencari-cari
siapa yang bersalah, kita tidak dapat memutar waktu kembali, seperti sediakala
sebelum peristiwa itu terjadi.
Oleh karenanya, anak tidak dapat menolaknya dan harus menerima kenyataan
itu dalam hati, yaitu dengan mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya dan harus
meminta maaf kepada orang yang telah dirugikannya (jika ada), walaupun itu
sangat sulit, namun anak tidak punya pilihan lain.
Setelah anak mampu menerima kenyataan, mengakui kesalahannya, meminta
maaf dan bertekad tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, anak tidak lagi
disibukkan oleh perasaan bersalah dan rasa malu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar