Senin, 20 Januari 2014

Cara Menyikapi Anak Yang Keranjingan Video Game (1)

Orang tua mana yang tidak mengeluh dan khawatir jika melihat anaknya sudah keranjingan main video game sebagaimana yang menjangkiti anak-anak masa kini di seantero dunia ?.  Terlebih lagi keranjingan video game ini sampai membuat anak lupa waktu, lupa belajar, lupa tugas-tugasnya, dan lain sebagainya.

Memang jika diamati, anak yang keranjingan video game ini terlalu banyak menghabiskan waktunya,
hampir sepanjang waktu setiap harinya di depan play station, Nintendo, Sega Megadrive, Super Nintendo, Game Boy, juga video game di komputer dan gadget yang saat ini sudah menjadi sahabat anak.  Intinya, video game ini dapat menjadi sumber masalah antara orang tua dan anak.

Bagi orang tua, keberadaan video game ini menjadi sesuatu yang dilematis sekali.  Di satu sisi mengisolasi anak dari video game membuat anak menjadi gaptek (gagap teknologi) atau tidak bergaul dengan kemajuan teknologi.  Menjauhkan video game dari anak dapat membuat anak ketinggalan tren di antara teman-teman sepermainannya, sehingga bisa jadi ia menjadi bahan olok-olokan teman-temannya karena gaptek.  Bahkan ironinya, anak dapat mencuri-curi waktu untuk main video game di luar rumah.

Namun disisi lain memperkenalkan video game pada anak dapat menimbulkan persoalan yang memusingkan kepala orang tua.  Anak bisa menjadi keranjingan video game dan akan menghabiskan waktunya untuk bermain video game.  Anak kesulitan membagi waktu dengan baik, karena video game seperti memiliki daya magnet atau daya pikat yang sedemikian dahsyatnya bagi anak.

Anak yang dudah keranjingan video game umumnya menjadi sulit sekali diatur.  Bahkan tidak jarang membuat orang tua bertengkar dengan anaknya.  Orang tua menginginkan anak dapat membagi waktunya untuk belajar, mengerjakan tugas-tugasnya dan bersosialisasi.  Namun sebaliknya, anak menganggap orang tua terlalu cerewet, tidak pengertian, tidak bisa melihat anaknya senang dan tidak memberikan kepercayaan pada anak.

Hal yang paling mengkhawatirkan orang tua jika anak menghabiskan banyak waktunya untuk bermain video game adalah merosotnya prestasi belajar anak.  Begitu pula anak tidak mempunyai kemampuan untuk bersosialisasi dengan baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulannya di masyarakat.

Hal yang lebih berbahaya lagi adalah dapat menyebabkan meningkatnya agresivitas anak.  Ini dapat terjadi karena pengaruh permainan yang menampilkan perilaku agresif, seperti permainan yang menampilkan perkelahian yang brutal, perkelahian yang berdarah-darah, sadis, adegan penyiksaan, pembunuhan, dan lain-lain.


Jenis permainan yang digemari tersebut dinikmati secara berulang-ulang, secara tanpa sadar dan berangsur-angsur perilaku agresif tersebut akan terekam dalam memori bawah sadar anak.  Akibatnya, anak menjadi terbiasa menyaksikan adegan kekerasan, sehingga sikap-sikap agresif pada anakpun begitu mudah terbentuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar