Hati orang tua mana
yang tidak sakit dan kesal , jika mempunyai anak selalu saja melawan dan membangkang
jika disuruh, diperintah, apalagi dinasehati
orang tua ?. Padahal kita selaku orang
tua tentu menginginkan anak itu patuh, jika diberi nasihat, disuruh atau
diperintah atau dilarang melakukan sesuatu.
Kalau orang tua berbicara, anak mendengar dan memperhatikan dengan
sungguh-sungguh. Setiap petunjuk dan nasihat
orang tua selalu dicamkan dalam hati dan diingatnya.
Namun kadang kala
orang tua merasa kehabisan akal menghadapi perilaku anak yang bermasalah dan
telah berbuat sesuatu kesalahan. Dimana
ana begitu keras kepala dan egois.
Dirinya dengan kukuh tidak mau disalahkan. Ketika kita berbicara panjang lebar dengan
harapan si anak mau memahami, bahwa dirinya telah melakukan suatu kesalahan dan
harus segera memperbaiki kesalahannya itu atau tidak mengulanginya. Tetapi, yang muncul justru kemarahan si
anak.
Dengan berbagai cara
anak membuat alasan untuk membela dirinya, bahwa bukan dirinya yang memulai
atau yang membuat kesalahan. Sikap
anakpun tidak bersahabat, dia dengan suara lantang dan kasar menampik segala
bentuk tuduhan yang ditujukan kepadanya.
Hal lain yang membuat
orang tua acapkali kesal kepada anak ketika meminta anak untuk mengerjakan
sesuatu. Anak tidak segera melakukan apa
yang diperintahkan. Anak selalu mencari-cari
alasan untuk menunda atau tidak ingin melakukan apa yang diperintahkan. Begitu juga ketika diberi nasihat atau
petunjuk, anak tidak mau mendengarkan apalagi memperhatikan, jika ditegur ia
berusaha menampiknya dengan berbagai dalih.
Bentuk-bentuk
perlawanan dan ketidakpatuhan anak tersebut tidak jarang disikapi orang tua
dengan tindakan emosional, seperti memberinya sanksi atau hukuman kepada anak
dengan memarahinya, mencubit, menjewer kupingnya, bahkan memukulnya. Orang tua berharap sikap keras dan tegas terhadap
anak yang seringkali membangkang tersebut dapat membuat anak jera dan mau
mengubah perilakunya.
Namun tidak sedikit
orang tua yang kecewa, karena ternyata sikap keras dan tegas terhadap perilaku
anak yang buruk tidak begitu efektif.
Alih-alih anak merubah sikapnya menjadi baik, sebaliknya ia menjadi
semakin mahir mempergunakan kata-kata kasar dan perlakuan kasar. Salah satu syair Dorothy Notle menyatakan
sebagai berikut : “Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia
belajar berkelahi…”
Oleh karena itu,
masalah ketidakpatuhan anak ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Jika sikap membangkang atau suka melawan ini
dibiarkan berlarut-larut, akan memberi dampak negatif pada perkembangan
perilaku maupun kepribadian anak. Semakin
bertambah usia anak, semakin sulit untuk mengendalikan dan mengontrol sikap
negatif anak tersebut. Pada akhirnya
orang tualah yang akan direpotkan dengan perilaku negatif anak tersebut.
Anak semakin tidak dapat
menghargai atau tidak menghormati orang tuanya maupun kepada orang lain. Jika anak tidak patuh kepada orang tuanya,
atau tidak ada yang ditakutinya, anak akan begitu mudah terjerumus pada
perbuatan negatif yang sangat merugikan dirinya dan orang lain.
Untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada anak, maka orang tua harus segera
mengantisipasi masalah anak suka membangkang atau melawan ini, agar tidak
berkembang lebih jauh. Pertama, kita
harus mencari tahu penyebab mengapa anak suka membantah atau melawan. Setelah
ditelaah dan diidentifikasi faktor pencetusnya, barulah kita dapat menyusun
langkah-langkah pendekatan yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar