Rasanya tidak
bijaksana jika orang tua melakukan pengisolasian atau menjauhkan anak dari
permainan video game yang menjadi tren anak-anak masa kini. Pasalnya jika hal ini dilakukan anak-anak
malah bisa mencuri-curi waktu untuk main video game di luar tanpa sepengetahuan
orang tua. Akibatnya bahkan kemungkinan
terburuknya anak menjadi suka membolos sekolah dan menghabiskan uang jajan atau bahkan uang sekolahnya di arena
permainan video game.
Oleh karenanya hal ini
harus disikapi dengan lebih bijaksana.
Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa permainan video game ini memiliki
dampak positif dan negatif. Dengan
mempertimbangkan adanya dampak positif tersebut, orang tua selayaknya bukan
menjauhkan anak-anak dari video game, namun lebih menitik beratkan bagaimana
mengantisipasi dampak negatifnya, yaitu dalam hal pengontrolan dan pengendalian
permainan anak.
Pengontrolan,
pengendalian atau pembatasan yang harus dilakukan jangan sampai dirasakan anak
sebagai suatu pengekangan pada anak untuk bermain video game, melainkan lebih
diarahkan untuk membentuk saling pengertian antara orang tua dan anak.
Dengan cara ini
diharapkan tumbuh kesadaran anak untuk mau membagi waktu dengan tepat, kapan
waktu bermain dan kapan waktu belajar, menyelesaikan tugas serta tanggung
jawabnya. Langkah-langkah berikut dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam menyikapi anak yang keranjingan video game,
antara lain :
Hindari Perlakuan Otoriter Pada Anak
Anak yang keranjingan
main video game tidak bisa dihadapi dengan cara-cara keras dan kasar. Memaksakan anak untuk segera menghentikan
atau membatasi waktu bermain video game dengan ancaman, kekerasan, siksaan atau
paksaan terhadap anak akan sia-sia belaka. Mengapa ? karena kekerasan yang
dipaksakan kepada anak hanya mungkin bisa mengubah perilakunya sementara saja
karena anak merasa takut disakiti, diusir atau dihukum.
Disisi lain sikap
keras terhadap anak dapat menimbulkan konsekuensi lain, yaitu menjadi munculnya
sumber pemikiran anak untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak baik dan tidak
sesuai dengan harapan orang tua. Ini
dilakukannya sebagai bentuk balas dendam dari pengekangan yang dialaminya.
Anak bisa saja jadi
suka mencuri-curi waktu untuk bermain video game tanpa sepengetahuan orang
tua. Kemungkinan lain, anak dapat saja melakukan perbuatan lain yang
merugikan dirinya sendiri, sebagai bentuk kompensasi rasa kecewanya.
Selain daripada itu,
sikap keras terhadap anak hanya akan merangsang timbulnya sikap reaktif
anak. Secara ekstrem dan lambat laun
anak belajar menentang atau membangkang terhadap perintah orang tuanya.
Untuk menyikapi
perilaku anak tersebut, orang tua harus dapat mengendalikan emosi dan berusaha
mencari cara-cara yang tepat dan dapat diterima anak dengan terbuka. Cara tersebut tidak menimbulkan reaksi
penolakan anak atau tanpa menimbulkan kekecewaan pada anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar