Dalam pembahasan
sebelumnya dikatakan bahwa faktor pencetus (tressor) mengapa anak mudah
mengamuk dan memaki diakibatkan antara lain cara orang tua memperlakukan anak,
hubungan antar saudara yang kurang harmonis dan faktor lingkungan
pergaulan. Disini kita akan membahasnya
satu persatu faktor tersebut.
Hubungan Antar Saudara Yang Tidak Harmonis
Perlu disadari oleh
para orang tua bahwa pola hubungan antar saudara dapat juga mempengaruhi
pembentukan perilaku anak. Jika anak
dalam keluarga selalu berselisih atau bertengkar dengan
saudaranya, dapat menimbulkan kebencian satu sama lainnya.
saudaranya, dapat menimbulkan kebencian satu sama lainnya.
Pada umumnya, penyebab
timbulnya perselisihan antar saudara karena adanya rasa iri hati. Rasa iri hati ini timbul bisa jadi karena
adanya perbedaan perlakuan orang tua, perbedaan kemampuan anak atau adanya
persaingan yang tidak sehat antar saudara.
Perselisihan yang
berlarut-larut tersebut tentu akan membaut suasana hati anak tidak enak dan
saling curiga satu sama lain, sehingga mempengaruhi sikap dan perilaku
anak. Akibatnya, sika-sikap agresif
anak mudah terbentuk, jika ada masalah sedikit saja, emosi anak akan naik dan
meledak-ledak.
Faktor Lingkungan Pergaulan
Lingkungan pergaulan
anak juga dapat mempengaruhi terbentuknya sikap dan perilaku anak. Pergaulan anak seringkali tidak terarah,
dengan siapa anak bergaul dan kegiatan seperti apa yang ia lakukan, seringkali
tanpa kontrol orang tua.
Padahal, banyak waktu
anak tersita hanya untuk kumpul-kumpul dan bermain-main secara tidak produktif
dengan teman-temannya. Hal yang perlu
disadari adalah, dalam lingkungan pergaulan proses adaptasi anak sangatlah
kuat, dimana dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan teman begitu dominan. Kecenderungan ini sebenarnya tidak disadari
anak, karena proses tersebut tanpa melalui proses penalaran yang kritis dan
rumit.
Faktor-faktor perasaan
emosional lebih dominan, dimana sikap, perasaan dan perilaku begitu cepat
menyatu karena adanya dorongan keinginan untuk merasakan kebersamaan. Pada anak
tanpa sadar telah memasuki tahap peniruan (imitation), bahkan begitu mudah
terjadi proses identifikasi diri terhadap pola-pola yang berlaku dalam
lingkungan pergaulan.
Terlebih lagi jika anak
di rumah memperoleh perlakuan yang tidak memuaskan atau tidak menemukan
kehangatan dalam keluarga atau merasa terasing dan kesepian di tengah
lingkungan keluarganya. Alhasil anak
mencari tempat yang dapat menerima kehadirannya. Jika anak memilih teman pergaulan yang
memiliki perilaku buruk (negatif), maka anakpun cenderung mengadopsi perilaku
buruk tersebut. Perilaku buruk tersebut
tentunya akan terbawa pula dalam interaksinya dengan orang tua dan anggota
keluarga lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar