Jumat, 31 Januari 2014

Cara Mengatasi Anak Yang Merasa Kesepian Atau Terkucil (4)

Pendekatan atau langkah praktis dan efektif lainnya untuk mengatasi rasa kesepian atau terkucil pada anak, yaitu dengan cara :

Mengembangkan Keterampilan Bergaul

Keterampilan bergaul ini mutlak dibutuhkan setiap orang, terutama anak-anak kita.  Keterampilan bergaul akan membuat anak lebih mudah berinteraksi dengan orang lain.  Begitu juga, anak akan terlatih untuk menghadapi bermacam-macam karakter dan sifat orang dan anak mudah beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dimanapun ia berada.

Berbeda kalau anak menjadi penyendiri, dia tidak mudah berinteraksi dengan orang lain dan anak selalu menuntut orang lain yang mau beradaptasi dengan karakternya, sehingga anak mengalami kesulitan mencari teman yang mau mengerti tentang dirinya.

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengembangkan keterampilan bergaul anak, antara lain :

1.        Anak harus berani menampilkan diri atau memperkenalkan diri.

Anak  harus aktif menghampiri dan menegur atau menyapa teman-temannya dengan ramah.  Jangan menunggu ditegur, disapa atau dipanggil terlebih dahulu baru mau menghampiri teman-temannya.  Begitu pula, anak harus menepis segala pikiran negatif yang membuat dirinya maju-mundur untuk bergaul.  Perasaan negatif yang seringkali muncul seperti perasaan negatif apakah temannya mau menerima dirinya atau tidak, takut diusir atau ditolak, takut diacuhkan, dan lain sebagainya. 

Tekankan pada anak agar tidak boleh menyerah mengikuti perasaan negatif tersebut, karena perasaan negatif tersebut 99 % tidak benar.  Ia tidak tahu reaksi teman-temannya sebelum melakukannya.

Sebaliknya, tekankan pada anak untuk selalu berpikir positif.  Jika orang ditegur atau disapa dengan ramah, tentu mereka akan senang dan akan menerima kehadiran anak.  Tidak ada alasan baginya untuk menolak anak.

2.       Mengembangkan Perhatian dan Kepedulian Anak.

Untuk mendapat tempat atau memperoleh perhatian teman pergaulan, anak harus mampu menunjukkan minat dan perhatiannya pada temannya itu atau kegiatannya.  Hal ini perlu dilakukan berdasarkan asumsi, “bahwa setiap orang itu selalu ingin mendapatkan pengakuan dirinya, itu penting.”  Misalnya, “Mau kemana kau Edo ?” atau “Apa yang sedang kau kerjakan Iwan ?” atau “Wow… indah sekali bajumu ini, Ani !!!” atau “Bagaimana kau bisa membuat lukisan seindah ini, Budi ?”


Keterampilan untuk memuaskan kebutuhan dasar orang yang dihadapinya atau memuaskan “nafsu ego”nya, anak secara tak langsung telah mendapatkan tempat di hati orang yang dihadapinya atau temannya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar